Categories Gianyar Pendidikan

Fakta Penelusuran Tim PKM Prodi Arsitektur FTP Unwar Tentang Bambu di Desa Belega

Gianyar (Penabali.com) – Penggunaan material bambu dewasa ini mulai menjadi trend khususnya dalam bidang konstruksi. Bambu yang dulunya mempunyai citra material murah dan digunakan untuk masyarakat menengah ke bawah, nampaknya bertolak belakang dengan apa yang telah ditelusuri Tim PKM Prodi Arsitektur FTP di Belega selama kurang lebih 4 bukan terakhir.

Bambu-bambu konstruksi saat ini mempunyai nilai jual yang lebih mahal, selain karena banyak arsitek bambu yang mempunyai proyek di Bali, kebutuhan akan kelayakan umur bambu yang lebih panjang juga diperlukan.

Mulai tahun 2013, pengawetan bambu agar memiliki umur yang lebih lama sudah dilakukan. Berbagai metode dan bahan dicoba oleh mitra pengrajin dan penjual bahan bambu di Belega Gianyar. Berawal dari banyaknya pesanan bahan bambu untuk bangunan atau konstruksi, menyebabkan permintaan kualitas bambu yang lebih baik dan lebih panjang umur. Berbeda dengan sebelumnya saat para pengrajin masih bergelut di bagian furniture atau asesoris saja.

Karena permintaan dunia konstruksi yang membludak akibat trend bangunan bambu yang sedang naik daun, menyebabkan perlu adanya berbagai upaya untuk membuat inovasi agar semua kebutuhan konstruksi dapat terpenuhi, salah satunya adalah pengawetan bambu.

Sebelumnya, bambu-bambu diawetkan menggunakan minyak tanah, namun karena harga minyak tanah semakin naik dan sulit untuk dicari, maka berpindahlah ke bahan kimia yang disebut borak. Metode dan cara aplikasi juga berbeda. Karena perbedaan metode tersebut membuat beberapa pengrajin atau suplier bahan bambu mencari ide dan menyiapkan kebutuhan-kebutuhan dalam pengawetan bambu.

Salah satu inovasi yang telah dilakukan dengan pengawetan berbahan borak adalah menyiapkan mesin bor panjang untuk melubangi bagian dalam bambu, yang sebelumnya masih menggunakan tenaga manual dengan besi panjang.

Tim PKM Prodi Arsitektur FTP saat di Belega. (foto: ist.)

Hal ini sesungguhnya menjadi sebuah nilai jual lebih untuk para mitra suplier bambu memgembangkan bisnis atau usahanya. Dengan metode pengawetan sendiri yang bersaing dengan perusahaan-perusahaan suplier bambu berskala internasional di Desa Belega. Sehingga dalam PKM ini, tim membantu untuk mengemas nilai jual bambu dalam sebuah ramuan narasi pengawetan bambu dalam upaya untuk menunjukkan ke masyarakat awam di Bali bahwa bambu bisa memiliki umur yang lebih panjang tidak seperti bambu-bambu yang dikenal sebelumnya. Sehingga pandangan tentang bambu bisa mempunyai perbedaan nilai yang bukan lagi material “murahan”.

Tentunya dewasa ini harga satuan bambu sudah mulai terlihat melesat karena ada inovasi pengawetan tersebut. Namun hal itu setara dengan kualitas bambu yang dituntut untuk berumur panjang oleh bidang konstruksi.

Kegiatan ini dibuat bersama tim untuk kepentingan mengangkat nilai jual bambu yang memang dijual oleh suplier lokal di Desa Belega yang saat ini sedang bersaing dengan para suplier-suplier dari luar Bali bahkan dari luar negeri.

Dalam pelaksanaan PKM ini, juga melibatkan 15 mahasiswa mata kuliah Konstruksi Kayu dan Bambu sehingga mampu menjadi sebuah program yang bersinergi antara pendidikan, penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam bentuk kuliah lapangan.

Dalam proses tersebut mahasiswa mendapat banyak pengetahuan bambu yang belum mereka miliki sebelumnya, dan dalam luaran tugas, proses pengawetan bambu ini juga menjadi bagian yang ditonjolkan menjadi sebuah bahan ajar pada MK tersebut. (rls)