Badung (Penabali.com) – Kabar bahagia bagi keluarga besar civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Udayana (FP Unud). Pada Sabtu (11/03/2023), dua srikandinya dikukuhkan sebagai guru besar tetap. Dosen Prodi Agribisnis Prof. Ir. I Gusti Agung Oka Suryawardani, M.Mgt., Ph.D., secara resmi diumumkan sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Manajemen Agribisnis, dan Dosen Prodi Agroekoteknologi Prof. Dr. Ir. Made Sri Sumarniasi, M.S., sebagai guru besar bidang Ilmu Tanah. Pengukuhan tersebut dilaksanakan pada rapat senat Unud yang dilaksanakan di Gedung Widyasabha, Kampus Unud Bukit Jimbaran.
Prof. Oka Suryawardani dalam orasi ilmiah “Kebocoran Pariwisata Bali dari Sektor Akomodasi Strategi Prioritas dan Implikasinya”, menyoroti kelemahan manajemen akomodasi pariwisata Bali yang mengakibatkan sebagian keuntungan dari bisnis pariwisata lari keluar negeri.
“Perekonomian Bali ditopang tiga sektor utama yakni pertanian, industri, dan pariwisata. Ketiga sektor ini saling terkait yang membangkitkan perekonomian Bali,” tegas mantan Kooprodi S2 Pariwisata.
Lebih jauh Prof. Oka Suryawardani menegaskan industri merupakan sektor sekunder yang memproses hasil-hasil pertanian sebagai kebutuhan sektor pariwisata, misalnya industri kerajinan dan pengolahan hasil pertanian (wine, dan olahan produk pertanian dalam kaleng) yang dikelola sebagai agribisnis yang profesional.
Salah satu penyebabnya kebocoran pariwisata, tutur Prof. Oka Suryawardani, ketika sektor pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan sektor pariwisata sesuai kebutuhan wisatawan.
“Kondisi ini menyebabkan sektor pariwisata akan mengimpor produk pertanian dan hasil olahannya dari luar negeri. Disamping itu juga menggunakan jasa luar negeri dalam mendukung operasionalnya, kondisi ini akan menciptakan kebocoran pariwisata (tourism leakage),” katanya.
Peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Unud itu menjelaskan kebocoran tertinggi ada pada pengelolaan hotel bintang 4 dan bintang 5 chain hotels (55,3%), disusul kebocoran tertinggi kedua pada hotel bintang 4 dan 5 non-chain hotels (15,7%). Kebocoran tertinggi ketiga pada hotel bintang 1,2&3 (7,1%), dan kebocoran terendah pada hotel non-bintang (2,0%).
Sementara itu, Prof. Sumarniasih menekankan upaya konservasi lahan kering untuk menguatkan kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi. Seakan menjadi alternatif solusi dari masalah kebocoran pendapatan di sektor pariwisata, peran sektor pertanian sangat penting seperti sumber pangan, sumber bahan baku, sumber pendapatan maupun pasar potensial barang industri.
“Pengolahan lahan kering untuk usaha pertanian bertujuan untuk menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik. Permasalahan utama dalam pengelolaan lahan kering bervariasi antar wilayah, baik aspek teknis maupun sosial-ekonomis,” tegasnya.
Lahan kering memiliki tingkat kesuburan rendah, kata Prof. Sumarniasih, terutama pada tanah-tanah yang tererosi, sehingga lapisan olah tanah menjadi tipis dan kadar bahan organik rendah. Kondisi ini makin diperburuk dengan terbatasnya penggunaan pupuk organik, terutama pada tanaman pangan semusim. Hal ini ditanggulangi dengan penerapan teknologi yakni (1) Tindakan konservasi tanah dan air, (2) Pengelolaan kesuburan tanah (pengapuran, pemupukan dan penambahan bahan organik, dan (3) Pemilihan jenis tanaman pangan (tanaman berumur pendek tahan kekeringan merupakan pilihan yang tepat).
Lebih jauh dipaparkan, lahan kering di Bali saat ini masih tersedia cukup, dengan luas 262.925 Ha namun produktivitas relatif rendah. Prof. Sumarniasih merekomendasikan antara lain tindakan konservasi yaitu upaya perlindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan fungsi lahan sesuai dengan kemampuan dan peruntukan, dengan menerapkan beberapa metode sesuai kondisi setempat, yaitu: menggunakan varietas toleran cekaman lingkungan, pengaturan pola tanam, pengaturan proporsi tanaman semusim dan tahunan, inovasi teknologi pengelolaan air dan iklim, konservasi tanah dan air, menerapkan pola tanam tumpangsari, evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan lahan, evaluasi kualitas tanah, evaluasi bahaya erosi, pemberdayaan dan partisipasi petani, dan penguatan kelembagaan.
Pengukuhan guru besar tetap tersebut dibuka Rektor Unud Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., IPU., serta dihadiri Anggota Senat Unud, para guru besar, para wakil rektor dan juga para dekan dari masing-masing fakultas.
Rektor Unud Prof. Antara menjelaskan jabatan guru besar jabatan akademik tertinggi dan diraih atas ketekunan dan keuletan serta dukungan moral berbagai pihak.
Unud mengukuhkan 8 orang guru besar yakni Prof. Ir. I Gusti Ayu Oka Suryawardani, M.Mht., Ph.D., dan Prof. Dr. Ir. Made Sri Sumarniasih, M.S., (FP), Prof. Dr. Ir. I Made Nuriyasa, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Ni Wayan Siti, M.Si, (Fapet), Prof. Dr. Dra. Ni Wayan Bogorini, M.Si., (FMIPA), Prof. Dr. Dra. Anak Agung Istri Ngurah Marhahaeni, M.Si., (FEB), Prof. Dr. I Wayan Mulyawan, S.S., M.hu., (FIB), dan Prof. Dr. dr. A.A. Ngurah Subawa, M.Si., (FK).
Prof. Antara menjelaskan dengan dikukuhkannya 8 guru besar tersebut, maka Unud saat ini memiliki 193 orang.
“Peluang menambah guru besar di Unud sangat terbuka karena jumlah dosen dengan gelar doktor dengan jabatan lektor 192 dan lektor kepala 247 orang,” tuturnya.
Ditegaskan Unud saat ini memiliki 14% guru besar dari total dosen unud saat ini 1.385 orang. (rls)
Sumber: https://www.unud.ac.id/