Fakultas Pertanian Undwi Denpasar Bekali Mahasiswa Pengembangan Inklusi Agribisnis

Fakuktas Pertanian Universitas Dwijendra (Undwi) Denpasar, mengadakan seminar yang bertajuk, “Membangun Agribisnis Dalam Peningkatan Pendapatan Pertanian”. Seminar ini dilaksanakan di Aula Udyana Santhi Yayasan Dwijendra Denpasar, Kamis (11/7) kemarin. Seminar menghadirkan narasumber guru besar Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Ir. IGAA Ambarawati, M.Ec., PhD., dan Rektor Universitas Dwijendra Denpasar Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., MMA. Selain mahasiswa sebagai peserta seminar, juga turut hadir Dekan Fakultas Pertanian Undwi Denpasar Ir. Ni Ketut Kariati dan para dosen.

Seminar ini bertujuan untuk menggugah mahasiswa agar punya tekad, kemauan dan komitmen untuk menekuni usaha di sektor agribisnis setelah menamatkan pendidikannya. Agribisnis merupakan bisnis yang berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya di sektor hulu maupun di hilir. Rektor Undwi Denpasar Dr. Sedana dalam makalahnya yang berjudul “Bisnis Inklusif Kopi di Bali: Pengalaman di Kabupaten Manggarai Timur Provinsi NTT”, menyatakan secara konsep, sistem agribisnis dapat dimaknai sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang diawali dari pengadaan, penyediaan, dan distribusi sarana produksi, alat, dan mesin pertanian sampai pada produk-produk yang dihasilkan oleh kegiatan usaha tani dan agroindustri yang memiliki keterkaitan diantara yang satu dengan yang lainnya.

“Inklusi agribisnis harus dibangun dari hulu sampai ke hilir secara terintegrasi,” kata Rektor Dr. Sedana.

Jadi kata Dr. Sedana, pengembangan agribisnis memerlukan adanya perencanaan yang terpadu dan berkesinambungan yang disertai adanya kebijakan pembiayaan agribisnis untuk memperkokoh posisi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional.

Ia lantas membagikan pengalaman pengelolaan bisnis inklusif kopi selama 2,5 tahun (2014-2017) di Manggarai (Flores) NTT. Berdasarkan pada pengalaman pengembangan bisnis inklusif kopi di Manggarai Timur, terdapat lima aktor pasar yang dilibatkan. Yaitu koperasi petani kopi dan unit pengolahan hasil, eksportir kopi, Puslitkoka (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao), perbankan sebagai pemberi kredit, dan VECO-Indonesia sebuah LSM internasional sebagai co-fasilitator.

Foto: Dua narasumber seminar, guru besar Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Ir. IGAA Ambarawati, M.Ec., PhD. (kiri), dan Rektor Universitas Dwijendra Denpasar Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., MMA. (kanan)

“Bisnis inklusif kopi di Manggarai dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran bagi pemerintah Bali dan kabupaten untuk melakukan pengembangan bisnis inklusif kopi pada sentra-sentra kopi di Bali,” ujar akademisi yang punya segudang pengalaman kerjasama program lembaga luar negeri ini.

Skema pengembangan bisnis iklusif agribisnis ini masih menemukan permasalahan klasik, yakni pemasaran.

“Dalam pengembangan agribisnis dan rantai nilai kita harus tahu konsumen dan pangsa pasarnya,” ucap Prof. Ambarawati.

Mengatasi persoalan klasik tersebut, jelas Prof. Ambarawati, harus dicarikan solusi bersama para stakeholder yang terlibat di pengembangan inklusi agribisnis ini agar memberi nilai tambah dan pendapatan khususnya kepada para petani.

“Kami ajak mahasiswa memahami sistem agribisnis sebagai pendekatan dalam pembangunan pertanian. Jadi tak hanya tahu produksi tapi harus memahami pasar,” tambahnya. (red)