Karangasem (Penabali.com) – Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Prof. Ir. I Made Anom Sutrisna Wijaya, M.App.Sc., Ph.D., didampingi Wakil Dekan Bidang Akademik dan Perencanaan Dr. Sumiyati, S.TP., M.P., dan Koordinator Unit Pengelola Informasi dan Kerjasama Dr. Dewa Ayu Anom Yuarini, S.TP., M.Agb., menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Pimpinan Samsara Living Museum, Ida Bagus Agung Gunarthawa, S.H., bertempat di Jalan Telaga Tista, Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem.
Perjanjian Kerja Sama (PKS) ini bertujuan untuk menjalin kerjasama yang baik antara FTP Unud dengan Samsara Living Museum. Fakultas Teknologi Pertanian Unud bisa melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) di Samsara Living Museum. Diharapkan, PKS ini memberikan manfaat bagi Samsara Living Museum dalam hal proses pengembangan produk, sharing ilmu dan mendapatkan bimbingan teknis di bidang industri.
Samsara Living Museum ini adalah museum yang lokasinya sangat dekat dengan Gunung Agung. Konsep dari museum ini adalah mengangkat tema tentang siklus hidup manusia di Bali. Selain itu, Museum Samsara ini merekontruksi rangkaian siklus kelahiran manusia Bali dimana semua dibingkai dalam ritual dan sarana upakara.
Setidaknya ada 14 rentetan upacara Hindu yang disajikan dalam bentuk foto beserta penjelasan dan alatnya di dalam museum. Museum ini juga menawarkan berbagai kegiatan aktivitas sehari-hari masyarakat setempat. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di museum ini yaitu proses pengembangan produk Arak Bali yang sudah melegenda. Pendampingan dalam pengembangan produk Arak Bali sudah dilakukan oleh dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.
Pimpinan Samsara Living Museum, Ida Bagus Agung Gunarthawa, S.H., berharap melalui kerjasama antara FTP Unud dan Samsara Living Museum terjalin secara positif dalam penyelanggaraan Program Tri Dharma Perguruan Tinggi sehingga hilirisasi potensi produk berbasis pertanian seperti tanaman upakara dapat dikembangkan menjadi produk berkualitas yang layak dipasarkan sehingga dapat menjadi pemicu upaya konservasi dan preservasi nilai-nilai budaya Bali yang sudah mulai ditinggalkan. (rls)