(Penabali.com) – Pemanfaatan bahan yang berpotensi terbarukan menjadi semakin diakui dan alternatif yang menjanjikan untuk produk material masa depan dalam masyarakat yang berkelanjutan dan hijau.
Selama beberapa dekade terakhir, bahan yang mendominasi kemasan makanan adalah plastik sintetik berasal dari bahan bakar fosil yang tidak terdegradasi. Bahan bakar fosil yang digunakan sebagai bahan dasar plastik sintetik membawa banyak ancaman yang rumit bagi lingkungan.
Salah satu upaya untuk mengatasi pencemaran plastik adalah mengembangkan biodegradable thermoplastic (biotermoplastik) yaitu plastik yang mudah dibentuk dan meleleh pada suhu tinggi serta bersifat mudah terdegradasi. Produk seperti ini berpotensi besar digunakan dalam berbagai bidang dalam kehidupan karena sifatnya yang fleksibel dalam penggunaan dan ramah lingkungan.
Namun demikian, karakteristik biotermoplastik termasuk komposit biotermoplastik sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya jenis bahan baku, bahan pembentuk komposit, bahan pembentuk termoplastik, bahan penguat beserta jenis dan konsentrasinya serta lain sebagainya.
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Dr. Ir. Amna Hartiati, M.P., Prof. Dr. Ir. Bambang Admadi H., M.P., dan Dr. I Wayan Arnata., STP., M.Si., mengembangkan pembuatan bioplastik yang dibuat dari pati singkong dan karagenan rumput laut yang merupakan polimer sakarida terbarukan.
Bioplastik dikembangkan untuk mengatasi sampah plastik sintetik yang sudah sangat bermasalah bagi lingkungan karena tidak bisa terdegradasi dalam tanah hingga ratusan tahun. Hasil pengembangan bioplastik ini nantinya akan menggantikan plastik sintetik tersebut terutama untuk kantong tas kresek yang keperluannya sekitar 14% dari penggunaan seluruh plastik sintetik. Hasil penelitian yang berupa komposit bioplastik ini telah memenuhi sifat mekanik Standar Nasional Indonesia dan dapat terdegradasi dalam tanah selama 8 hari.
Diharapkan melalui penelitian pengembangan bioplastik ini nantinya dapat menjadi solusi terkait masalah sampah plastik sintetik yang sangat berdampak pada lingkungan. (rls)