Categories Denpasar Seni

Gelung Sakral Tari Legong Keraton Desa Bongkasa “Mesolah” di PKB ke-44

Denpasar (Penabali.com) – Sanggar Seni Batur Baskara, Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Duta Kesenian Kabupaten Badung tampil membawakan kesenian klasik dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Art Center, Senin (27/6/2022).

Salah satu yang istimewa, menurut Ketua Sanggar Batur Baskara, Cahaya Putra Wardana, adalah penampilan Tari Legong Keraton menggunakan gelungan khas dari Desa Bongkasa.

“Pada tarian Legong Keraton ini kami menggunakan gelung khas dari Bongkasa. Di Bongkasa ada suatu Pura bernama Pura Batur, ada Gelung Legong sakral di sana dari tahun 1956. Kami pentas menggunakan gelung sakral tersebut malam ini dengan tentunya melalui proses matur piuning dan ngaturang upakara terlebih dahulu,” jelasnya.

Dikatakan, tidak ada pantangan khusus terhadap penari yang akan mengenakan gelung tersebut. Termasuk batasan usia juga tidak ada. Yang terpenting, kata dia, si penari memiliki keahlian dalam menari.

“Kecuali sedang cuntaka saja yang tidak boleh,” ujarnya.

Wardana melanjutkan, untuk seniman yang terlibat dalam pementasan kesenian klasik kali ini sebanyak 25 orang. Seniman yang tampil merupakan para generasi muda dari lingkungan Bongkasa dan Kecamatan Abiansemal.

“Kami mulai berproses sudah dari bulan Maret. Untuk kendala secara teknis sih tidak ada, hanya terkendala keterbatasan waktu saja. Karena saat ini sudah ada pelonggaran, dalam arti para seniman memiliki kesibukan masing-masing. Jadi harus ngatur waktu latihan dengan baik,” sebutnya.

Pementasan berlangsung sekitar satu jam. Ada tiga sajian yang ditampilkan. Sebagai sajian pembuka, ditampilkan Tabuh Solo ciptaan maestro asal Kuta, Alm. I Wayan Lotring. Tabuh Solo ini merupakan gaya Kuta yang dimainkan dalam Gambelan Palegongan saih lima. Konon, Tabuh Solo ini terinspirasi dari kunjungan beliau ke Keraton Surakarta Solo pada tahun 1926. Kala itu, beliau sangat terkesan dan terkenang dengan gaya menabuh orang Jawa di Keraton Solo sehingga lahirlah Tabuh Solo.

Sedangkan sajian kedua ditampilkan Tari Legong Keraton yang mengambil cerita Panji. Tari Legong Keraton mengisahkan tentang perjalanan Prabu (adipati) Lasem yang ingin meminang putri dari kerajaan Daha (Kediri) yaitu putri Rangkesari yang sudah terikat jalinan dengan Raden Panji dari Kahuripan. Sang putri menolak pinangan Prabu Lasem. Karena ditolak, akhirnya melakukan perbuatan tidak terpuji dengan menculik sang putri.

Mengetahui hal tersebut raja Daha (Kediri) menyatakan perang terhadap Prabu Lasem. Prabu Lasem juga diserang burung garuda pembawa maut. Walaupun berhasil meloloskan diri dari serangan burung garuda, namun akhirnya tewas saat peperangan melawan Raja Daha.

Sedangkan sajian pamungkas ditampilkan Tabuh Petegak Palegongan Sekar Mas, sebuah karya tabuh yang secara umum konsep musikalnya mengacu kepada konsep musik tradisi yang menggunakan konsep Tri Angga yaitu kawitan, pengawak, dan pangecet, serta karya karawitan klasik ini terdapat juga unsur-unsur musikal seperti tempo, irama, melodi, harmoni, dan dinamika. (red)