Salah seorang generasi milenial Nahdatul Ulama (NU) di Bali, Rico Ardika Panjaitan, S.H., mempertanyakan diundurnya pelaksanaan Konferensi Wilayah Pengurus Wilayah (Konferwil PW) NU Bali yang sedianya akan dilaksanakan di bulan Agustus 2020, tapi diundur ke bulan September 2020.
Padahal, Abdul Aziz selaku Ketua PW NU Provinsi Bali sudah menyampaikan rencana Konferwil PW NU Bali pada Agustus 2020 dalam audiensinya kepada Gubernur Bali Wayan Koster di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar, Sabtu (18/7/2020) yang lalu.
“Kami mempertayakan alasan diundurnya konferwil ini. Sebab bulan Agustus adalah bulan yang tepat untuk momentum ini,” kata Rico, Selasa (11/8/2020), di Denpasar.
Ia pun mengatakan mengapa bulan Agustus menjadi momen yang tepat mengadakan konferwil. Pada bulan Agustus, jelas Rico, jika melihat sejarah jauh ke belakang pada tahun 1945 dan tahun-tahun berikutnya, bulan Agustus adalah momentum yang sangat sakral dan menentukan arah bangsa kedepannya, terlebih lagi peran dari warga nahdiyin itu sendiri.
“Saya ambil saja ketika Jenderal Besar Sudirman memberikan saran kepada Bapak Proklamator RI Ir. Soekarno untuk meminta kepada Roisul akbar Nadhatul Ulama yaitu Bapak KH. Hasyim Ashari di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang untuk meminta fatwa jihad membela negara yang notabene bukan negara Islam. KH. Hasyim Ashari lantas memanggil KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Wahab diminta untuk mengumpulkan ketua-ketua NU se-Jawa dan Madura untuk membahas persoalan ini. KH. Hasyim juga meminta seluruh kiyai utama NU untuk melakukan sholat istiqhoroh. Kemudian lahirlah apa yang dinamakan “Resolusi Jihad NU” yang disebarkan melalui media cetak dan bahkan oleh Bung Tomo setelah sowan kepada KH. Hasyim Ashari, Bung Tomo menggelegarkan Resolusi Jihad kedalam radio yang rekamannya selalu kita dengarkan. Berkaca dari sejarah inilah seharusnya momentum bulan Agustus ini harus kita sakralkan dengan pesta demokrasi NU di Bali yang kita kenal dengan Konferensi Wilayah PW NU Bali yang guyub, kondusif, teduh dan sesuai protokol kesehatan sebagaimana instruksi pemerintah termasuk Gubernur Bali Bapak Wayan Koster di masa new normal ini,” ulas Rico.
Menurut Rico, Konferensi Wilayah PW NU Bali ini diharapkan memiliki sumbangsih yang cukup penting dan berguna untuk perputaran roda perekonomian di Bali, sekaligus mendeklarasikan bahwa Bali mendukung era new normal dengan segala protokol kesehatan yang ada dan harus dipatuhi yang nantinya akan mendorong turis lokal maupun mancanegara datang dan berkunjung ke Bali.
Rico menegaskan, sumbangsih inilah yang selayaknya NU lakukan sebagai bentuk loyalitas dan keberpihakan NU kepada masyarakat tanpa memandang suku dan agama melainkan keutuhan dan kekuatan NKRI, baik dari sektor apapun.
“Saya menyarankan kepada Bapak Ketua PW NU Bali agar segera melaksanakan Konferensi Wilayah PW NU Bali, oleh sebab Bapak Gubernur Bali dalam statemennya dalam media telah membukakan pintu gerbang yang sebesar-besarnya untuk PW NU Bali melaksanakan agenda tersebut. Selain daripada itu saya sedikitnya telah mendengar isu-isu sumbang yang saya harapkan tidak berkepanjangan atas momentum pesta demokrasi ini,” sebut advokat muda ini.
Sementara itu Sekretaris NU Wilayah Bali H. Mahfud saat dikonfirmasi terpisah menyatakan membenarkan adanya pengunduran jadwal pelaksanaan Konferwil PW NU Bali. Salah satu alasannya mengenai anggaran.
“Memang diundur karena anggarannya sedang disiapkan,” ungkapnya lewat sambungan telpon. (red)