(Penabali.com) – Pandemi Covid 19 yang berkepanjangan telah mengubah wajah kampus dari yang semula ramai dengan hilir mudik mahasiswa dan dosen, menjadi sunyi senyap. Untuk pertama kalinya, mahasiswa dan dosen “dilarang” ke kampus demi mencegah penularan wabah yang lebih luas. Proses perkuliahan yang biasanya identik dengan interaksi dosen dan mahasiswa berjejer di dalam kelas telah dialihkan ke ruang kelas virtual atau daring.
Situasi tersebut menginspirasi sejumlah akademisi di Fakultas Pariwisata Unud untuk mengabadikan sekaligus merefleksikan pengalaman menarik selama perkuliahan daring tersebut ke dalam buku berjudul “Mengarungi Pandemi Covid-19: Persoalan dan Refleksi Akademisi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana”.
Dalam buku setebal 128 halaman itu, para dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana menuangkan pemikiran kritis mereka atas pandemi Covid-19, baik dengan gaya serius maupun yang dikemas dalam cerita santai namun penuh makna.
Putu Sucita Yanthi misalnya, tulisannya mengulas sukacita dosen pada masa pandemi yang beranjak dari pengalamannya sendiri dalam mengasuh mahasiswa secara online. Yanthi juga menceritakan pengalamannya ketika berhadapan dengan pilihan dilematis pada awal-awal pandemi, yakni apakah harus tetap berangkat atau membatalkan kontrak postdoctoral ke Universitas Angers, Prancis. Akhirnya Yanthi tetap terbang ke Prancis meskipun dibayangi oleh rasa takut terhadap virus dan ancaman kegiatan online selama di Prancis. Atas pengalamannya Yanthi membuat kesimpulan.
“Pada masa pandemi, untuk bisa aktif memerlukan keluwesan dan fleksibilitas tinggi, waktu seolah-olah menelan kita mentah-mentah,” tulis Yanthi.
Tulisan menarik lainnya adalah buah pena Yohanes Kristianto, yang menulis tentang digitalisasi dan citra diri pada masa pandemi. Kristianto mengatakan bahwa konsep muka yang pada awalnya hanya sebatas menggambarkan citra diri, kini benar-benar nyata menjadi muka virtual yang merepresentasikan individu secara utuh. Kristianto menceritakan pengalamannya setiap kali menguji bersama dosen lain, muka wajib tampil untuk menunjukkan kehadiran atau keberadaan yang diabadikan dengan screenshoot.
Perspektif berbeda ditawarkan oleh Nararya Narottama dalam tulisan yang berjudul Asa Tak Henti Meski Pandemi. Menurutnya, situasi pandemi Covid-19 telah meningkatkan kesadaran dan empati akademisi pada keadaan sekitar. Baginya, mencerdaskan dan membentuk karakter anak didik adalah salah satu tugas dosen. Ia juga khawatir dengan kompetensi yang akan dimiliki oleh para mahasiswa jika kondisi pandemi terus berlanjut, karena tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan daya serap akademis yang sama, atau memiliki sarana prasarana mumpuni untuk belajar online secara terus menerus.
Selain tiga tulisan di atas, masih banyak hal menarik lain dibahas dalam buku yang soft-launchingnya digelar disela Rapat Persiapan BK ke-37 di Ruang BM 3 Kampus Fakultas Pariwisata Denpasar, Senin (21/3/2022). (rls)
Sumber: http://www.unud.ac.id