Gubernur Bali Wayan Koster mengapresiasi mahasiswa turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi menyikapi dinamika politik di dalam negeri.
“Saya apresiasi dan sangat menghormati bagaimana pergerakan mahasiswa, penuh semangat dan dinamis. Saya senang dengan adanya gerakan mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya. Namun saya harap perhatikan juga sopan santun, tata tertib saat kita berdemokrasi,” kata Gubernur Koster saat bertatap muka dengan Rektor, Akademisi dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Rumah Jabatan Gubernur, Jayasabha Denpasar, Rabu (2/10) malam.
Pria kelahiran Desa Sembiran, Buleleng, ini mengingatkan kondisi keamanan Bali yang sangat berpengaruh terhadap industri pariwisata di Pulau Dewata. Sebagai destinasi wisata dunia, 68 persen pendapatan masyarakat Bali berasal dari pariwisata. Ada 49 persen yang bersentuhan langsung dengan wisatawan.
“Besarnya ketergantungan Bali pada wisatawan, maka sedikit saja terjadi isu keamanan, ekonomi akan ‘goyang’ dan semua sektor akan terpengaruh,” urai pria yang juga mantan aktivis mahasiswa ini.
Untuk itu, Gubernur Koster mengajak para mahasiswa melihat Bali tak hanya dalam skala lokal tapi juga nasional hingga global. “Dalam skala nasional, kita ini adalah bagian dari tatanan rumah besar bernama NKRI. Dengan ideologi yang sudah final, Pancasila. Ini harus kita pertahankan sekuatnya, dari ancaman ideologi lain. Agar kita tetap eksis masyarakatnya, budayanya dan tradisinya,” ajak Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Presiden BEM Universitas Udayana Javents Lumbantobing memastikan gerakan mahasiswa dalam aksi ‘Bali Tidak Diam’ akan tetap dalam koridor menjaga kedamaian pulau Dewata.
“Kami pastikan, kami mahasiswa tetap cinta NKRI dan Pancasila sebagai ideologi. Meskipun saat ini kami memandang perlu untuk turun ke jalan, menanggapi masalah RUU KUHP, kebakaran hutan hingga kisruh di Papua,” ungkapnya. (red)