Denpasar. Menjelang tutup tahun 2018, Stakeholder Pariwisata Bali akan melakukan perhelatan akbar yaitu acara “Suksma Bali”. Acara ini diinisiasi oleh Paiketan Krama Bali, yaitu sebuah kejiwaan dan aksi merefleksikan terima kasih dan penghargaan kepada Pulau Bali, melalui program Suksma Parahyangan, Suksma Palemahan, dan Suksma Pawongan.
Gubernur Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, MM., mengapresiasi dan mendukung rangkaian acara Suksma Bali sebagai bentuk pengimplementasian “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” yang memiliki arti menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama dan gumi Bali yang sejahtera dan bahagia. “Budaya Bali merupakan core dari Bali, sehingga menjaga adat dan budaya sebagai roh kehidupan masyarakat Bali harus kita lakukan secara serius dengan konsep yang lebih besar demi Bali yang keberlanjutannya”, ucap Gubernur Bali, Wayan Koster saat menerima audiensi panitia Suksma Bali, di Rumah Jabatan Gubernur Bali Jaya Sabha, Jumat (09/11).
Ketua PHRI Badung yang sekaligus sebagai Penasehat Panitia Suksma Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, SE., MBA, menerangkan kata Suksma Bali memberikan arti yang penting serta dalam. “Dengan berterima kasih kita bisa lebih menghargai Bali itu sendiri, dan karena Bali itu berharga, maka kita harus menjaga Bali bersama-sama”, ujar Rai Suryawijaya yang juga Ketua BPPD Badung ini.
Bali sebagai barometer pariwisata nasional bahkan sejak Tahun 2017 oariwisata telah dicanangkan sebagai core business nasional. Dan peran Bali untuk nasional adalah sangatlah signifikan, sebagai daerah penyumbang devisa terbesar dari sektor pariwisata, dan industri pariwisata dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar kepada suatu negara. “Dengan hal tersebut, saya rasa sudah sepantasnya kita bersama-sama berterima kasih untuk Bali”, tegasnya.
Wakil Ketua DPP IHGMA, Ramia Adnyana, SE., MM., CHA., menerangkan IHGMA DPD Bali akan melakukan deklarasi “Say No To Plastic” tepat pada acara Symposium Suksma Bali, terutama pada berbahan plastik yang digunakan sekali pakai, sebagai wujud nyata dalam menjaga bali dari sampah plastik serta mendukung program Gubernur Koster dalam memerangi sampah plastik. “Ini merupakan bentuk sikap nyata kami selaku general manajer di Bali dalam merefleksikan rasa terima kasih untuk Bali tercinta dan sekaligus menjaga eksistensi Bali yang berbudaya, berkualitas dan berkelanjutan”, ungkap Ramia.
Bali adalah pulau kecil namun tidak bermakna kecil bagi masyarakat Bali dan Indonesia. Eksistensi Bali mampu memberikan kehidupan kepada masyarakatnya dan bahkan negaranya. “Belum lagi berbicara secara hakekat keberadaan Bali secara spiritual di kosmik ini yang dipercaya merupakan tempat kunci bagi bumi pertiwi”, jelas Sekretaris Umum Paiketan Krama Bali, Jro Mangku Suteja.
Yoga Iswara., BBA., BBM., MM., CHA, selaku Ketua Panitia Suksma Bali; mengungkapkan rangkaian acara Suksma Bali adalah World Clean Up Day yang telah sukses dilaksanakan pada 15 September 2018 dengan melibatkan 27.000 peserta di seluruh Bali. Rangkaian acara berikutnya adalah Symposium yang akan diadakan 7 Desember 2018, dan puncak acara 15 Desember 2018 yaitu Suksma Bali Night yang akan dihadiri 1.000 peserta dari berbagai sltakeholder serta akan diadakan penyerahan penghargaan kepada mereka yang telah memberi kontribusi nyata dalam memajukan Pariwisata serta menjaga alam dan budaya Bali.