Gula Merah Ental Sambirenteng Kualitas Premium, Ternyata Seperti ini Proses Pengambilan Nira

Buleleng (Penabali.com) – Ental merupakan salah satu komoditas andalan di Bali yang kini mulai dilirik milenial sebagai prospek andalan masa depan. Bagaimana tidak, pohon yang sering dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia dengan sebutan pohon lontar ternyata memiliki banyak manfaat baik bagi kesehatan, dijadikan kerajinan produk kreatif maupun diolah menjadi produk campuran rasa bagi makanan.

Potensi dari pohon lontar tersebut dilirik sebagai peluang emas bagi masyarakat Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, bahkan hal ini dijadikan beberapa produk unggulan desa salah satunya dengan memproduksi gula merah ental.

Dikonfirmasi di ruang kerjanya, I Ketut Suwastika, Jumat (23/12/2022), menerangkan pemanfaatan pohon lontar sebagai pohon yang banyak dikembangkan pada daerah tersebut, sudah memberikan dampak positif bagi warga sekitar dengan mengolah pohon lontar menjadi produk unggulan di desa yang sudah dikembangkan dengan pemasaran serta pengemasan menarik yang telah dijalankan Gapoktan Amerta Boga.

Suwastika mengakui jika dalam sehari, satu petani hanya mampu menghasilkan maksimal 2 kg produk olahan dari 2 pohon lontar yang termasuk dalam suku pinang pinangan ini, yang mana dimulai dengan pemilihan pohon jantan lalu diikuti lagi bersama kerumitan perangsangan (biasanya dilakukan dengan mengetuk tangkai tandan bunga dari pangkal pohon ke arah tandan bunga), yang bertujuan saat pengambilan nira akan menjadi lebih mudah lancar serta memperoleh nira dengan kualitas terbaik. Hal ini dilakukan selama kurang lebih 24-30 hari. Maka tidak heran, proses yang dilalui tersebut dapat menciptakan produk olahan gula premium yang 100% dapat dipercaya keasliannya yang dibandrol dengan harga Rp.18 ribu hingga Rp.32 ribu per kilogram.

Menyadari perkembangan teknologi yang pesat dan pengemasan produk yang harus kreatif dan inovatif dalam menarik minat konsumen untuk membeli, Suwastika menyebutkan gula aren yang dihasilkan dengan berdaya jual tinggi itu telah dikemas secara ekslusif untuk bisa laku di pasar modern dengan menggunakan platform marketplace seperti Tokopedia dan Shopee, sebagai media pemasaran menggunakan ikon bernama “Gula Merah Ental Sambirenteng”.

“Hasil dari nira yang melalui berbagai proses secara tradisional ini memakan waktu yang cukup lama guna menghasilkan gula yang bersih, serta berdaya jual premium,” tegas Suwastika.

Lebih lanjut, Suwastika memaparkan proses produk olahan gula merah ental itu dimulai dari pengambilan nira lontar para petani gula mempersiapkan pengawet alami (lau) yang berasal dari batang pepohonan ataupun sabut kelapa kering yang sudah terlebih dahulu dicacah kecil-kecil kemudian dicampur cuka yang memiliki kualitas bagus. Petani gula sangat berhati-hati dalam pemilihan pengawet alami agar gula merah yang dihasilkan memiliki kualitas bagus dan tidak cepat rusak. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan nira lontar yang dilakukan petani dengan memanjat pohon lontar yang memiliki tinggi pohon rata-rata 10 meter. Pengambilan nira lontar dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

Proses selanjutnya adalah memasak nira lontar dengan menggunakan kuali besar (jambangan). Cara tradisional masih digunakan dalam proses pemasakan yaitu dengan menggunakan kayu bakar dan tungku tanah liat sebagai penyangga kuali. Nira lontar dimasak hingga menjadi gula memerlukan waktu kurang lebih 40 menit untuk sekali proses. Setelah dimasak hingga mengental, proses selanjutnya adalah pencetakan gula merah. Adonan gula yang sudah siap dicetak, kemudian dituangkan kedalam cetakan dari tempurung kelapa. Wadah tempurung kelapa merupakan pilihan yang menjadi ciri khas dari gula merah Desa Sambirenteng. Selain itu, ada pula yang langsung dicetak ke dalam wadah seperti toples. Proses ini memerlukan waktu 15 menit hingga adonan gula merah kering dan siap untuk dipasarkan.

“Kita disini mempunyai cara tersendiri dalam pemasaran produk unggulan desa selain pada pemanfaatan teknologi yaitu dengan menampilkan produk di pameran-pameran tertentu. Sehingga dengan hal tersebut, produk gula merah Desa Sambirenteng semakin terkenal di masyarakat luas dan juga guna menambah perekonomian UMKM Desa Sambirenteng,” tutupnya. (rls)