Categories Denpasar Seni

“Hanoman Duta Negara” Wayan Kulit Duta Kesenian DIY Pentas di PKB ke-44

Denpasar (Penabali.com) – Sanggar Tari Udan Sore berkolaborasi dengan Paguyuban Wayang Kulit Cakra Byuha, Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, turut berpartisipasi memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022. Menariknya, saat tampil di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Sabtu (2/7/2022) malam. Mereka mempertunjukkan wayang kulit berbahasa Indonesia.

Sang dalang wayang kulit, Ki Gunarto Guno Talijendro, mengungkapkan pertunjukan wayang kulit sejatinya menggunakan bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Indonesia ditujukan untuk mendekatkan diri dengan penonton secara bahasa, sehingga lebih mudah dimengerti penonton yang menyaksikan penampilannya di PKB.

“Ini supaya diketahui oleh khalayak ramai, dari berbagai suku dan etnis. Dengan menampilkan wayang berbahasa Indonesia saya rasa semua bisa dipahami oleh warga dari suku lain. Saya mempersiapkan ini sudah dua minggu, karena perlu penyesuaian-penyesuaian ke dalam bahasa Indonesia,” jelasnya.

Adapun lakon yang diambil yakni “Hanoman Duta Negara” yang menceritakan sosok Hanoman yang ditunjuk sebagai duta atau utusan Prabu Rama Wijaya untuk mengambil kembali Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka dari kerajaan Alengkadiraja. Dengan berbagai cara yang dilakukan ahkirnya Hanoman dapat menemukan Dewi Sinta di Taman Asoka.

Hanoman memberikan cincin dari Prabu Rama kepada Dewi Sinta dan Dewi Sinta memberikan Kancing Gelung kepada Hanoman untuk Prabu Rama. Pertemuan tersebut diketahui oleh Indrajit dan terjadilah peperangan yang membuat Hanoman murka dan membakar negara Alengka.

Selain wayang kulit, Sanggar Tari Udan Sore berkolaborasi dan Paguyuban Wayang Kulit Cakra Byuha, Kalurahan Ngestiharjo juga menampilkan beberapa tarian. Seperti Tari Gamyong Pareanom yang berasal dari Surakarta, diciptakan pada masa Mangkunegara VIII di tahun 1950 oleh Nyi Bei Mintararas dari Keraton Mangkunegaran. Tari Gambyong Pareanom adalah perkembangan tari rakyat, dimana nama Gambyong berasal dari nama seorang penari dan sinden yang terkenal pada abad 19 karena keluwesan dan kemerduan suaranya.

Kemudian Tari Golek Ayun-Ayun merupakan tari Jawa Klasik Gaya Yogyakarta. Tari ini diciptakan KRT Sasmintadipura pada tahun 1976. Tari Golek Ayun-Ayun merupakan tari klasik khas Yogyakarta yang menceritakan seorang gadis tumbuh beranjak dewasa yang suka berias diri atau bersolek. Selanjutnya Tari Bajing Loncat yang merupakan jenis tari Jaipongan yang berasal dari Jawa Barat. Tari jaipongan diciptakan seniman asal Bandung yang bernama Gugum Gumbira Trisondjaya sejak tahun 1976. Lagu Bajing Luncat ini merupakan lagu Pop Sunda yang berasal dari daerah Jawa barat yang diciptakan Kosaman Djaja.

Tarian terakhir sebelum pementasan wayang kulit ditampilkan Tari Bajidor Kahot, yakni tarian rakyat dengan tema pergaulan, mengisahkan keceriaan para remaja putri yang cantik jelita. Tarian ini berakar dari tari Ketuk Tilu yang bermetamorfosis menjadi Kliningan Bajidoran yang sangat dipengaruhi Jaipongan, dan akhirnya menjadi tari Bajidor Kahot. Gerak tarinya memadukan Ketuk Tilu dan Jaipongan, ditambah beberapa unsur gerakan tari khas Bali.

“Adapun seniman yang tampil sebanyak 21 orang. Saya sendiri baru pertama kali tampil di PKB. Semoga kami bisa menampilkan yang terbaik malam ini dan berkesempatan diundang kembali pada PKB tahun-tahun mendatang,” harapnya. (rls)