“Nusa Penida Sebagai Benteng Penjaga Pulau Bali”
Industri pariwisata di Kabupaten Klungkung utamanya di Kecamatan Nusa Penida terus menggeliat. Kemajuannya juga telah memberi warna berbeda terhadap perekonomian masyarakatnya termasuk kultur kehidupan warganya. Keindahan alam dan dikenalnya Nusa Penida karena memiliki sejumlah tempat suci yang sakral, menjadikan pulau ini nyaris tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik termasuk “wisatawan” yang hendak melakukan persembahyangan (tirta yatra).
“Namun lebih serius dari itu adalah karena roh dan taksu dari Pulau Nusa Penida yang memiliki energi sangat besar dan kuat di titik-titik destinasi religinya,” ucap salah seorang tokoh masyarakat di Nusa Penida, I Made Satria SH., Jumat (4/1/2019).
Karena spirit dan taksu inilah, kata Made Satria, Nusa Penida tidak hanya dikenal sebagai “The Blue Paradise Island”, namun lebih dikenal pula sebagai “The Relegius Island”. “Astungkara apa yang menjadi permohonan mereka terkabulkan. Ini membuat para wisatawan relegi atau para pemedek semakin bertambah tumpah ruah medek tangkil ke Nusa Penida,” imbuhnya.
Made Satria meyakini Pulau Nusa Penida adalah “benteng penjaga” Pulau Bali, baik secara sekala maupun niskala. Jika diamati secara sekala atau kasat mata, Pulau Nusa Penida berperan sebagai pemecah gelombang atau break water-nya Pulau Bali. “Kita yakini juga secara niskala bahwa Ida Betara Sesuhunan ring Nusa Penida senantiasa menjaga, mengamankan dan melindungi Bali dari segala bencana,” ujar Made Satria.
Untuk menjaga taksu tersebut, semua pihak harus kuat dan sekuat-kuatnya menjaga Nusa Penida, menjaga alamnya, menjaga manusianya dan menjaga budayanya agar tidak terdegradasi oleh kemajuan pariwisata yang sedang terjadi saat ini. Maka dari itu, tegas Made Satria, sangat penting dan mendesak untuk melakukan penetapan zonasi tata ruang di Kecamatan Nusa Penida (Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan) untuk bisa menjaga dan melindungi taksu kawasan ini.
“Jangan sampai Nusa Penida kebablasan dan tergerus roh, taksu, kesucian dan kesakralannya. Titik-titik religius harus tetap terjaga, terpelihara dan terlindungi dengan baik. Itu kalau ingin daya magnet Pulau Nusa Penida masih selalu ada,” harap I Made Satria yang di Pileg 2019 maju sebagai caleg DPRD Klungkung dari PDI Perjuangan dapil Nusa Penida nomor urut 1.
Satria mau maju menjadi calon legislatif meski harus meninggalkan bisnis properti yang Ia bangun bersama sang adik, Ketut Leo, karena merasa terpanggil untuk mengabdikan diri secara total kepada tanah kelahirannya, Nusa Penida. Membangun tanah kelahirannya sesuai visi pembangunan yang dicanangkan Gubernur Bali yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia sekala dan niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai prinsip Trisakti Bung Karno yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Sebagai wakil rakyat yang menjadi kaki tangan dan pelayan masyarakat nantinya, saya siap ngayah dan bekerja keras, berjuang sebesar-besarnya. Jangan sampai pariwisata Nusa Penida glamor di permukaan dan sesaat tapi taksunya tergerus,” ujarnya. (red)