Bawang putih yang dahulu sempat menjadi primadona tanaman pangan lokal daerah sempat tidak diminati para petani untuk ditanam, karena kalah dengan keberadaan bawang putih impor yang harganya lebih murah.
Namun demikian, sejak digalakkannya program swasembada bawang putih oleh pemerintah sejak beberapa tahun terakhir, budidaya tanaman ini mulai dilirik petani untuk dibudidayakan kembali, karena petani melihat komitmen pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut khususnya bagi peningkatan kesejahteraan petani.
Anggota Komisi XI DPR RI, I Gusti Agung Rai Wirajaya disela acara panen perdana bersama Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di klaster bawang putih KTT Manik Pertiwi Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Kamis (06/08/2020) mengungkapkan bawang putih saat ini mendapat perhatian khusus terkait dengan upaya penghematan devisa melalui penurunan impor, karena hampir 90 persen kebutuhan bawang putih didatangkan dari Cina.
Ia juga mengatakan, karena itu perlu keseriusan stakeholder terkait dalam pengembangan komoditas bawang putih seperti yang telah dilakukan Bank Indonesia.
Binaan Bank Indonesia terhadap kelompok tani Manik Pertiwi menurut Rai Wirajaya, sangat positif mengembangkan klaster bawang putih dan telah berhasil membudidayakannya.
“Realisasi program ini, kami harapkan dapat membangkitkan kembali potensi bawang putih di Kabupaten Buleleng, sehingga nantinya dapat meningkatkan produksi dan posisi tawar petani,” ujar anggota Fraksi PDI Perjuangan asal Peguyangan Denpasar ini.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengungkapkan Bank Indonesia Provinsi Bali telah dua tahun berjalan mendampingi KTT Manik Pertiwi untuk kembali membudidayakan bawang putih, khususnya dalam penguatan pembibitannya. Keberhasilan pengembangan bawang putih jadi salah satu komoditas pangan strategis yang tentunya akan memberi pengaruh terhadap stabilitas harga dan inflasi pangan di Bali ini, sekaligus membantu upaya pengurangan defisit neraca transaksi berjalan akibat impor bawang putih yang saat ini membanjiri pasar domestik.
“Lebih kurang dua tahun lalu, kami Bank Indonesia bersama jajaran pemerintah daerah serta stakeholder lainnya berdiri di tempat yang sama untuk melaksanakan seremoni panen bawang putih perdana. Pada waktu itu, hadir pula perwakilan Bank Indonesia Jakarta untuk menyaksikan panen tersebut di lahan demplot seluas 2 hektar. Astungkare, pada saat itu kita berhasil memperoleh hitungan produktivitas demplot sebanyak 7,48 ton per ha, sebuah hasil yang cukup menggembirakan bagi demplot uji coba,” kata Trisno.
Pencapaian tersebut, ujarnya, perlu terus ditingkatkan baik dengan cara intensifikasi maupun ekstensifikasi, maupun dengan berbagai inovasi sebagaimana selama ini dilakukan dengan menerapkan pola budidaya organik berbasis MA-11, dengan pendampingan pakar petani Dewa Ketut Gata.
“Belum lama ini kelompok Manik Pertiwi juga kami fasilitasi untuk dapat memperoleh bantuan teknis pelatihan budidaya organik langsung dari pakar pembuat MA-11 yaitu dr. Nugroho Widiasmadi yang hadir ke tempat ini sebelum masa covid-19,” ungkapnya.
Pendampingan dan bantuan teknis dari Bank Indonesia Provinsi Bali diupayakan terus diberikan kepada kelompok Manik Pertiwi agar produktivitasnya dapat terus meningkat, dan memberikan kemanfaatan dari sisi ekonomi bagi para petani, melengkapi hasil hortikultura lain seperti sayuran, buah, dan bunga, yang menjadi hasil lahan selama off season penanaman bawang putih. (red)