Provinsi Bali pada bulan September 2020 kembali mengalami deflasi, setelah sebelumnya pada dua bulan berturut-turut mengalami deflasi pada bulan Juli dan Agustus 2020.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Jumat (02/10/2020) di Denpasar mengatakan penurunan harga kembali terjadi pada kelompok makanan bergejolak (volatile food) dan harga barang yang diatur pemerintah (administered prices).
Adapun kelompok inflasi inti (core inflation) masih tercatat meningkat. Penurunan harga paling signifikan tercatat pada komoditas daging ayam ras, tarif angkutan udara, lemari pakaian, tomat, dan bawang merah.
Berdasarkan perhitungan dari data inflasi Kota Denpasar dan Singaraja yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, pada September 2020 Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar 0,11% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi nasional tercatat sebesar 0,05% (mtm). Deflasi juga terjadi pada Kota Denpasar sebesar 0,16% (mtm), sedangkan Kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,27% (mtm).
“Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 1,42% (yoy),” sebut Trisno.
Di kelompok volatile food jelas Trisno, mengalami deflasi sebesar 1,43% (mtm), masih terkontraksi namun lebih terbatas jika dibandingkan dengan Agustus 2020 (-2,01%, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, tomat, dan bawang merah. Turunnya harga daging ayam ras disebabkan pasokan DOC dan ayam yang tinggi, ditengah permintaan yang masih lemah. Trisno mengungkapkan, penurunan harga tomat dan bawang merah seiring dengan adanya panen raya yang jatuh pada bulan September dan diprakirakan masih berlanjut hingga Oktober mendatang.
Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar -0,30% (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan turunnya tarif angkutan udara dan angkutan kota. Turunnya harga angkutan kota sejalan dengan subsidi BBM yang diberikan pemerintah serta penurunan mobilitas masyarakat seiring dengan peningkatan penyebaran covid-19.
“Adapun penurunan harga tiket pesawat merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang,” tambah Trisno.
Kelompok barang core inflation pada bulan September mencatat inflasi sebesar 0,23% (mtm), melandai dibandingkan dengan bulan Agustus yang tercatat inflasi sebesar 0,34% (mtm). Tekanan inflasi ini terjadi terutama pada canang sari, ayam goreng, dan vitamin. Peningkatan harga canang sari dan ayam goreng disebabkan oleh adanya Hari Raya Galungan dan Kuningan yang jatuh pada bulan September.
Trisno mengatakan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kabupaten/kota dan provinsi terus berupaya menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat. TPID terus melakukan upaya dan inovasi untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya komoditas hortikultura dengan berbagai program, antara lain Pasar Gotong Royong.
Bank Indonesia terus mendorong digitalisasi pemasaran produk pertanian melalui platform digital diantaranya melalui market place lokal guna menahan laju penurunan harga produk pertanian. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, pada Oktober 2020 inflasi akan tetap terkendali.
Kedepan, Bank Indonesia akan tetap berkolaborasi bersama TPID kabupaten/kota dan provinsi agar laju inflasi dan kestabilan harga di masyarakat tetap terus terjaga,” ucap Trisno. (red)