Categories Denpasar Seni

Kawula Satya Digjaya Wayang Kulit Calonarang Sanggar Sera Lemo Gunakan Teknik “Ngelinting”

Denpasar (Penabali.com) – Setelah penampilan dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Denpasar, kini kesenian Wayang Kulit Calonarang dipersembahkan oleh Sanggar Sera Lemo, Banjar Mapagan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Duta Kesenian Kabupaten Bangli pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022. Mengangkat lakon “Kawula Satya Digjaya”, Sanggar Sere Lemo tampil di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (30/6/2022).

Cerita penyalonarangan diusung, dimana kisah diangkat bukan pertarungan antara Mpu Bharadah dan Walunateng Dirah, namun cerita di luar itu namun masih terkait dengan sosok Bhatari Durga. Pertunjukan wayang calonarang dengan cerita penyalonarangan ini diiringi gamelan gender empat sesuai kriteria dari panitia PKB. Hal itu disampaikan sang dalang, Sang Made Hendra Dwipayana.

“Kalau Wayang Calonarang ceritanya memang tentang calonarang. Sementara kalau penyalonarangan, boleh mengambil cerita di luar itu. Penyalonarangan kalau sudah ada cerita unsur Dewi Durga memberikan pengeruwatan, sudah bisa dikatakan penyalonarangan,” ungkapnya.

“Kawula Satya Digjaya” mengisahkan seorang raja yang suka dengan istri dari salah satu punggawanya. Dikisahkan di sebuah Kerajaan Sindu Raja, terdapat seorang raja yang bernama Sulakrama. Dia terpesona dengan Sri Tanjung, istri punggawanya yang bernama Sidapaksa. Karena terobsesi ingin memiliki istri Sidapaksa, timbullah niat sang raja memfitnah Sidapaksa, dengan tujuan agar sang raja mendapatkan istrinya. Fitnah yang dilontarkan sang raja akhirnya membuat Sidapaksa marah dan istrinya dibunuh di Setra Gandamayu.

“Sebelum dibunuh, sang istri berkata pada Sidapaksa, kalau saat dibunuh darah yang keluar dari tubuhnya amis berarti dia salah. Kalau darah yang keluar berbau harum, maka istrinya tidak salah,” cetusnya.

Setelah Sidapaksa membunuh istrinya, akhirnya yang keluar darah berbau harum. Sehingga membuat Sidapaksa menyesali perbuatannya. Sidapaksa pun seperti orang gila. Mengetahui hal itu, Sri Tanjung diurip kembali oleh Dewi Durga. Sebab Dewi Durga merasa hutang budi dengan ayah Sri Tanjung, yaitu Sang Sahadewa. Karena beliaulah yang bisa negeruwat kembali Dewi Durga ke Siwa Loka.

“Setelah Sri Tanjung diurip kembali, Sidapaksa kemudian diutus untuk membunuh Sula Krama. Karena dia yang menebar fitnah,” ucapnya.

Dirinya mengaku lebih menonjolkan sisi edukasi kepada penonton tentang leak. Bahwasanya, leak banyak kaitannya dengan kehidupan.

“Yang saya tonjolkan bukan ngundangnya, tapi teknik ngelinting. Sebab dalam pementasan wayang calonarang ngelinting ini penting. Bukan blencongnya dimainkan, tapi linting itu digerakan”, pungkasnya. (rls)