Buleleng (Penabali.com) – Guna memperkuat pengembangan desa wisata (Dewi) Bali Aga yaitu Desa Sidatapa, Desa Cempaga, Desa Tigawasa, Desa Pedawa, dan Desa Banyuseri (SCTPB) Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwasata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersinergi dengan pemerintah daerah dan stakeholder terkait, menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) di Lovina Beach dan Resort, Sabtu (24/9/2022).
Ditemui usai FGD, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Aksara, mengatakan penguatan dalam pengembangan desa wisata yaitu memadukan secara teori dan berdasarkan kajian-kajian yang telah dibuat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Undiksha Singaraja secara pentahelix dengan berbagai unsur untuk disinkronkan dengan program pembangunan dari pemerintah lintas SKPD.
“Diskusi ini tadi telah dibuka oleh Deputi Bidang Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf RI bapak Vinsensius Jemadu, hasil diskusi ini akan kita lakukan sharing session lagi bersama ASITA Bali atau organisasi perjalanan wisata untuk membawa tamu ke Bali Aga. Ini momentum bagus dalam high season bulan Desember dan perhelatan G20,” tambahnya.
Disinggung terkait kesiapan kawasan Bali Aga dalam pengembangan desa wisata, mantan Camat Buleleng ini mengatakan sangat terbantu dengan LPPM Undiksha, karena telah menyiapkan segala sesuatu baik dari masyarakat, homestay, kreativitas UMKM dan naratif warisan budaya benda dan non benda.
“Saya yakin kawasan SCTPB siap, karena sejak tahun 2017 secara bersama membentuk kawasan wisata bersama organisasi wisata lainnya,” pungkasnya.
Senada dengan Dody, Deputi Vinsensius Jemadu mengatakan, kawasan wisata Bali Utara memiliki potensi luar biasa khususnya kawasan desa wisata Bali Aga. Untuk itu, pihaknya mengundang pengelola-pengelola desa wisata untuk bersama-sama mempetakan potensi desa wisata yaitu amenitas, atraksi dan aksesibiltas.
“Tren saat ini pasca pandemi orang mulai berwisata ke alam, mencari keunikan lokal, udara bersih, nyaman dan interaksi dengan masyarakat sekitar dan itu adanya di desa wisata. Maka dari itu kami konsen dan peduli dengan desa wisata, kami sudah menghimpun 4.300 desa wisata masuk dalam ekosistem Jadesta,” tambahnya.
Vinsensius menegaskan, diskusi ini penting dilakukan untuk menghimpun dan mengakomodir kebutuhan-kebutuhan desa wisata untuk diidentifikasi, diorkestrasi bersama kementerian lainnya, maupun pihak swasta dan BUMN.
“Diharapkan dengan mengembangkan desa wisata menjadi simbol kebangkitan pariwisata Indonesia dan ekonomi Indonesia,” tandasnya. (rls)