Pembatasan aktivitas ekonomi berdampak terhadap semakin dalamnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Begitu juga dengan Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 terkontraksi sebesar 5,32% (yoy) dari pertumbuhan triwulan I sebesar 2,97% (yoy).
Terhentinya aktivitas pariwisata selama triwulan II 2020 serta adanya pembatasan kegiatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi yang lebih dalam sebesar -10,98% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Jumat (11/09/2020), di Denpasar, mengatakan pada Agustus 2020, Bali juga kembali mengalami deflasi. Penurunan harga sebagian besar disebabkan berlanjutnya penurunan harga pada komoditas daging ras, angkutan udara, sekolah dasar, bawang merah, dan pisang.
Menghadapi fenomena tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Bali, Dekranasda Provinsi Bali, dan PT. BPD Bali kembali menggelar kegiatan Pasar Gotong Royong. Selain untuk menjaga stabilitas harga menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan penyerapan produk UMKM lokal.
Hal ini sejalan dengan Instruksi Gubernur melalui Surat Edaran Nomor 15036 Tahun 2020 bagi instansi vertikal maupun lembaga terkait, untuk dapat menyediakan tempat bagi UMKM khususnya yang bergerak di bidang komoditi pangan hingga kerajinan.
“Pasar Gotong Royong akan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi baik penjualan maupun konsumsi masyarakat sehingga kesejahteraan akan tetap terjaga,” kata Trisno disela kegiatan Pasar Gotong Royong.
Pasar Gotong Royong digelar selama tiga hari mulai tanggal 11 hingga 13 September 2020 di Lapangan Bajra Sandhi depan Kantor Gubernur Bali. Sebanyak 24 UMKM binaan KPwBI (Kantor Perwakilan Bank Indonesia) Provinsi Bali, Dekranasda Provinsi Bali, Bank Mandiri, BNI, BRI dan BPD Bali ikut ambil bagian pada pasar gotong royong itu.
Produk yang diperjualbelikan meliputi hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kerajinan, tenun, dan alat-alat persembahyangan. Animo masyarakat cukup tinggi. Meskipun jumlah pengunjung dibatasi, hari pertama Pasar Gotong Royong pada Jumat (11/09/2020) mencatat total penjualan sebesar Rp.132.490.000,00.
Mengingat kegiatan dilaksanakan di masa pandemi covid-19, kegiatan tetap mengutamakan protokol kesehatan. Seluruh penjual menggunakan masker dan face shield. Transaksi jual beli dilakukan secara non tunai dengan menggunakan QRIS (Quick Response Indonesian Standard). Di beberapa sudut, terlihat tempat mencuci tangan yang disediakan untuk pengunjung dan semuanya wajib menggunakan masker.
“Kedepan, KPwBI Provinsi Bali mengharapkan program-program pengembangan produk lokal dapat terus dikembangkan, seperti mendorong lebih banyak petani tradisional dan UMKM yang terhubung dengan marketpace dan teknologi digital,” ujar Trisno.
Selain itu, lanjut Trisno, KPwBI Provinsi Bali juga mendorong peningkatan bansos (bantuan sosial) pangan menggunakan produk lokal, mendorong lebih banyak penggunaan produk lokal di industri akmamin, mendorong kerjasama antar daerah serta mendorong internalisasi gerakan cinta produk lokal bagi masyarakat Bali.
“Ngiring angge produk Bali. UMKM pulih, Bali bangkit,” tegasnya. (red)