Lestarikan Lontar Lewat Sistem Digitalisasi, Disbud Denpasar Gandeng DREAMSEA

Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menggandeng Digital Repository Of Endengered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) melakukan pelestarian karya sastra lontar Bali menggunakan sistem digitalisasi.

“Lontar merupakan kebuadayaan Bali di bidang sastra, didalam lontar banyak terdapat nilai serta ilmu-ilmu yang menceritakan kehidapan masyarakat Bali terdahulu,” jelas Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, IGN Bagus Mataram, Minggu (17/2), di Denpasar.

Karena lontar merupakan warisan budaya adiluhung Bali selain juga sangat mudah rusak, diperlukan sebuah terobosan agar lontar tidak punah. Bagus Mataram mengatakan, sistem digitalisasi merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan.

“Mengingat masih banyak masyarakat yang menganggap lontar itu tenget dan rentan rusak, maka dengan digitalisasi isi lontar tersebut bisa tersimpan dan dapat dibaca tanpa membuka cakupan lontar aslinya,” jelasnya.

Sementara salah satu Tim Cagar Budaya Kota Dennpasar, Yudhu Wasudewa berharap, sistem digitalisasi ini bisa sebagai percontohan pelestarian lontar. Upaya seperti ini sangat langka mengingat cakupan kewilayahan digital manuskrip DREAMSEA adalah Asia Tenggara.

“Usaha awal kerjasama yang kiranya dapat terus berlanjut, pelestarian ini selain dilakukan upaya konservasi, juga dilakukan digital yang nantinya dapat diakses melalui online,” jelasnya.

Bahkan pihaknya juga menjelaskan ada kemungkinan cakupan lontar di Kota Denpasar yang dapat digolongkan sebagai cagar budaya. Dimana, syarat sebuah cagar budaya yakni memiliki usia lebih dari 50 tahun. Adapun manuskrip atau naskah lontar yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional adalah naskah lontar Negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada masa Majapahit 1286 saka/1365 masehi yang disadur atau disalin kembali pada tahun 1665 Saka/1740 masehi) yang ditemukan di Puri Cakranegara Lombok.

Hingga saat ini, ada 35 cakup dengan jumlah halaman 3.751 di Kota Denpasar yang telah direkam menggunakan sistem digitalisasi. Namun demikian, diduga masih banyak lontar di Kota Denpasar yang tersimpan di Pura, Puri, Griya, dan kediaman pribadi yang belum terdata.

Sistem digitalisasi lontar ini merupakan kerjasama antara Perpustakaan Nasional Jakarta, UIN Syarif Hidayatulah, Hamburg University Jerman, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Aliansi Peduli Bahasa Bali, dan Penyuluh Bahasa Bali. (red)