Pola pertanian nengala/membajak merupakan cara bertani tradisional yang kini eksistensinya mulai tergerus oleh teknologi maju, salah satunya traktor. Karena dianggap pola tradisional tersebut lebih lama dan traktor lebih cepat, maka petani mulai beralih dari pola pertanian tradisional (nengala, red) ke pola yang lebih modern.
Anggota Komisi IV DPR RI Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra saat melakukan kontak tani dan penyerahan bantuan traktor kepada kelompok tani di Kecamatan Selat dan Kecamatan Kubu Karangasem, Sabtu (17/10/2020) menganggap ada kekeliruan cara bertani yang dilakukan petani khususnya terkait pengolahan tanah.
Menurut Anggota Fraksi Partai Golkar yang akrab dipanggil Gus Adhi, pola singkal/traktor singkal yang selama ini digunakan, cukup bagus. Namun karena petani ingin cepat, maka mereka beralih menggunakan traktor rotari.
“Baik singkal maupun rotari, sama-sama bagus. Tetapi untuk pengolahan tanah awal, lebih baik pakai pola singkal atau nengala,” kata Gus Adhi yang saat itu juga didampingi Anggota DPRD Karangasem dari Fraksi Golkar diantaranya Gung Dwi, Nyoman Musna Antara, dan I Wayan Dikep.
Nengala adalah cara membajak lahan sawah untuk mengolah tanah di sawah agar tetap subur. Namun cara seperti ini mulai terpinggirkan oleh mesin traktor karena dianggap lebih cepat dan praktis.
Kalau pola nengala, biasanya menggunakan sapi dengan cara digiring. Cara ini memang agak lama. Sedangkan kalau menggunakan traktor, maka dalam hitungan jam petak demi petak lahan sawah bisa dibajak.
Gus Adhi mengatakan, nengala adalah cara bertani warisan nenak moyang. Untuk itu patut dilestarikan karena cara tradisional ini dapat mengembalikan unsur hara lebih maksimal.
“Dengan pola singkal (nengala) tanah yang di bawah di balik bawa ke atas, dua kali, baru digemburkan. Tetapi kalau rotari tanah langsung digemburkan,” jelas Gus Adhi seraya menambahkan pengolahan tanah yang benar itu merupakan dasar keberhasilan pertanian.
Permasalahan pertanian sejatinya hampir sama. Seperti lemahnya pendampingan oleh pihak terkait, kurangnya pemahaman petani bagaimana melaksanakan pertanian yang baik dan benar mulai dari mengolah tanah, menanam bibit, serta memanen padi.
“Harus jual gabah jangan jual pohon padi. Saya akan terus memberikan edukasi dan bantuan kepada petani kita di Bali sehingga kembali bangkit nafas pertanian, nafas Bali sesungguhnya yakni pertanian,” sebut Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali.
Sementara itu, pertemuan Gus Adhi dan SOKSI dengan petani di Kecamatan Selat dan Kecamatan Kubu Karangasem untuk menyerap berbagai aspirasi petani dan nelayan, sekaligus menyerahkan bantuan traktor.
Sebelumnya, Gus Adhi dan SOKSI juga menyerahkan bantuan traktor kepada sejumlah kelompok tani di Basangbe, Tabanan. Total bantuan yang diserahkan mencapai 900 juta rupiah.
“Saya berharap ke Pemda Tabanan seyogyanya melakukan pengolahan air bersih untuk PAM tidak di hulu. Tetapi olahlah air di hilir baik air laut dan air buangan pertanian, diolah dengan teknologi yang bagus menjadi air bersih. Kalau ambil air di hulu maka petani bisa kehabisan air dan ini harus disikapi dengan bijak oleh Pemda Tabanan,” harap Gus Adhi. (red)