Categories Buleleng Pendidikan

LPK Amisewaka DLCC Cetak SDM Food Production dan Food Beverage, Siap Gandeng Chef Juna

Buleleng (Penabali.com) – Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, sangat mengapresiasi pendirian Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Amisewaka Desa Les Community Center (DLCC) di Desa Les, Kecamatan Tejakula.

Bukan hanya desain bangunannya yang sangat unik, Bupati Suradnyana juga mengapresiasi sistem pendidikan yang ditawarkan Amisewaka DLCC.

Amisewaka DLCC merupakan LPK yang didirikan yayasan sosial Amicorp Community Foundation. Nantinya, LPK ini akan bergerak dalam pelatihan bidang kepariwisataan khususnya food production dan food beverage. Dengan demikian, keberadaan LPK Amisewaka ini, diharapkan mampu meningkatkan skill generasi muda dan outputnya mampu menciptakan SDM yang berkualitas.

Hal itu diungkapkan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana saat meninjau pembangunan gedung LPK Amisewaka DLCC, Selasa (10/5/2022).

Pada kesempatan itu, Bupati Suradnyana didampingi Kepala Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga Kabupaten Buleleng Made Astika dan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Buleleng Komang Sumertajaya.

Bupati Suradnyana mengatakan, dari dulu dirinya berfikir dalam suatu desain yang berbeda di tiap sekolah agar tidak monoton.

“Saya lihat desainnya oke, terus ada edukasi lingkungannya, pembangunannya merupakan impian saya, semua sekolah di Buleleng bisa didesain seperti ini dan menjalankan edukasi seperti ini,” ungkapnya.

Bupati juga memberikan masukan kepada LPK Amisewaka agar dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di Desa Les sebagai bahan untuk membuat masakan.

“Jadi farmingnya di-direct dalam pemahaman bagaimana cuisine-nya Western maupun Asia tapi dari farming yang ada di Desa Les, mungkin itu masukan dari saya,” imbuhnya.

Bupati Suradnyana pun yakin, dengan suasana pelatihan yang baik dan bangunan yang bagus akan dapat menciptakan SDM yang mampu memiliki daya saing di Bali bahkan internasional.

Bupati Buleleng di lokasi pembangunan LPK Amisewaka DLCC. (foto: ist.)

“Dalam sisi yang berbeda itu harus digali dengan baik dan memerlukan taste yang dalam. Tidak mungkin kita bisa melahirkan orang yang kreatif, memiliki etika dari tempat yang “sudah runyam”, kalau lahir dari suasana yang nyaman, didikan dan pengajaran yang nyaman, nilai hospitality yang baik, saya rasa hasilnya akan baik,” lanjutnya.

Bupati Suradnyana juga meminta agar tidak memaksakan anak didik untuk menjadi juru masak. Karena menurutnya, kalau tidak ada bakat dalam dunia masak, tidak akan mampu mengikuti.

“Yang datang coba dites dengan baik, sehingga yang datang memang punya basic, keinginan, bakat untuk memang akan jadi bukan hanya jadi pegawai di bidang food and beverage tapi juga bisa jadi chef yang punya nilai kualitas utnuk kemajuan pariwisata khususnya cuisine di Bali,” harapnya.

Sementara itu, Center Manager Amisewaka DLCC, Dewa Made Dede Gemia Dukakis, menjelaskan tidak ada perbedaan LPK ini atau LKP lainnya karena menggunakan standar kompetensi kerja nasional indonesia (SKKNI) namun sudah ditingkatkan ke asian-toolbox.

“Sesuai dengan surat edaran dari BNSP bahwa asian toolbox akan dijadikan pandu untuk skema sertifikasi anak-anak. Saya rasa lembaga kami pun tidak akan jauh berbeda dari lembaga lainnya yang ada di kota,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sertifikasi yang diberikan merupakan sertifikasi level 3, dan bekerja sama dengan lembaga sertifikasi.

“Yang diberikan sertifikatnya dari badan nasional sertifikasi profesi, BNSP. Legalitas lulusan kita akan diakui, karena memang itu standar kami,” imbuhnya.

Dirinya mengaku, Amisewaka memiliki instruktur dengan standar kompetensi metodologi kepelatihan yang ada.

“Chef kami juga sebagai asesor di cullinary, dan sedang berupaya menggandeng Chef Juna untuk mempromosikan amisewaka,” pungkasnya. (rls)