Singaraja ( Penabali.com ) – Desa Adat Buleleng bersama sejumlah Puri di Buleleng pada Minggu (18/3) sowan ke Puri Agung Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Kedatangan mereka ingin mengenal lebih dekat keberadaan pusaka Raja pertama Buleleng, Ki Barak Panji Sakti yang bernama “Ki Tunjung Tutur”.
Ki Tunjung tutur sendiri merupakan pusaka dengan bentuk seperti tombak dengan panjang sekitar 1,5 meter dengan diameter sekitar 2,5 centimeter. Pada bagian gagang kayu terlihat bolong. Sedangkan pada ujungnya terlihat kombinasi seperti arit dengan pisau lurus hingga ke ujung.
Bahkan pertemuan yang pertama kalinya dilakukan inipun mecatat sebuah sejarah baru. Pasalnya, ratusan tahun lamanya, kedua belah pihak baru mengetahui dan melihat langsung salah satu pusaka raja pertama Gumi Denbukit.
Untuk diketahui,Ketika I Gusti Anglurah Panji Sakti saat masih muda, beliau diperintahkan oleh ayahnya, Dalem Segening, untuk menetap di asal rumah ibundanya, Ayu Pasek, di wilayah Desa Panji, kawasan Denbukit. Perjalanan I Gusti Anglurah Panji Sakti yang didampingi oleh sejumlah pasukan inti. Mereka ditugaskan sebagai pengawal dan pendamping dengan dilengkapi persenjataan sebagai pasukan pengawal putra raja. Ia dibekali juga dua senjata berupa keris yang bernama “Ki Bayu Semang” dan sebuah tulup yang bernama “Ki Tunjung Tutur”. Hanya saja, keberadaan kedua pusaka ini berada di dua tempat berbeda. Ki Bayu Semang saat ini berstana di Puri Buleleng sedangkan untuk “Ki Tunjung Tutur” berstana di Puri Agung Blahbatuh.
Penglingsir Puri Agung Buleleng, Anak Agung Ngurah Ugrasena menjelaskan, hingga saat ini belum diketahui pasti, kenapa kedua pusaka milik Raja Pertama Buleleng ini berada di dua tempat berbeda. Maka dari itu, kedatangannya ke Puri Agung Blahbatuh, Gianyar ini sekaligus sebagai bentuk silahturahmi antara kedua belah pihak. Bahkan tuturnya, pada waktu Raja Buleleng generasi ke 10, Anak Agung Putu Jelantik, sempat ingin mempersatukan kedua pusaka itu. Hanya saja, saat di bawa ( dipundut) terjadi musibah berupa hujan disertai angin kencang. ” Pada waktu, saat ingin dipersatukan, ada goncangan besar disertai hujan lebat dan angin yang kencang. Sehingga waktu itu gagal untuk dipersatukan,”tuturnya saat sowan ke Puri Agung Blabhatuh.
Bahkan Desa Adat Buleleng bersama sejumlah Puri yang merupakan trah I Gusti Anglurah Panji Sakti inipun berecana akan mempertemukan kembali kedua pusaka ini. Kedua pusaka ini rencananya dipertemukan pada perayaan Puncak Hut Kota Singaraja ke- 420 akhir maret ini.Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna menjelaskan prajuru desa adat selama ini hanya mendengar bahwa pusaka itu ada, namun belum pernah melihat secara langsung. Atas dasar itu dan bertepatan dengan HUT Kota Singaraja maka disusun rencana untuk melihat secara langsung ki tunjung tutur yang menurut cerita sejarah memiliki kesaktian mandra guna. “Kita masih menunggu ijin dari Puri Agung Blahbatuh. Untuk mempertumukan keduanya saat Hut Kota Singaraja nanti,”terang Sutrisna.
Sementara itu, salah satu penglingsir puri blahbatuh Gianyar Anak Agung Ngurah Kesiman menjelaskan mengingat saat terjadi kisruh di Puri Gelgel, Raja Gelgel yang ke-9 memindahkan pusat pemerintahannya dari Jelantik Tojan ke Blahbatuh Gianyar. Nah sebagai ciri keberadaan kerajaan itu dan Ki Barak merupakan keturunan dari Raja Gelgel maka salah satu pusakanya disemayamkan di Puri Blahbatuh Gianyar. ” Ini sejarah mencata seperti itu. Jadi saya menyambut baik kedatangan semeton dari Buleleng. Ini cikal bakal, bahwa keberadaan trah Ki Barak Panji Sakti ini, masih ada dan masih menjaga sejumlah ajaran – ajaran yang diwariskan,”sebutnya. (ika)