Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi didampingi Gubernur Bali Wayan Koster, dan Bupati Klungkung Nyoman Suwirta melakukan “Ground Breaking” (peletakan batu pertama) pembangunan Pelabuhan Sampalan Nusa Penida dan Pelabuhan Nusa Ceningan di Bias Munjul, Senin (03/08/2020).
Kedua pelabuhan ini nantinya akan menghubungkan langsung ke Pelabuhan Sanur di Matahari Terbit atau dikenal dengan sebutan Pelabuhan Segitiga Emas.
Dalam proses pembangunannya nanti, Gubernur Koster menginginkan interior kedua pelabuhan tersebut diberi sentuhan seni arsitektur kuno khas Nusa Penida. Keinginan Gubernur Koster ini sekaligus membangkitkan kembali motif arsitektur kuno Nusa Penida yang cukup lama tenggelam karena serbuan arsitektur modern saat ini.
Pembangunan Pelabuhan Nusa Penida di Sampalan dan Pelabuhan Nusa Ceningan di Bias Munjul mengambil tema Alam Semesta Segara – Wukir, Tradisi Pulau Guru – Nusa Tiga. Sehingga seni ukir kuno yang terpendam lama ini akan memenuhi interior ruangan di kedua pelabuhan tersebut.
“Arsitektur bangunannya, ruang dalamnya/interior, arsitektur ruang luarnya akan didesain dengan muatan kearifan lokal Nusa Penida. Kemudian ukiran kuno Nusa Penida yang terdapat di Pura Batu Medawu, Pura Puncak Mundi, Pura Sahab, Pura Prajapati Sampalan, Pura Puseh Lembongan juga akan ditampilkan di bangunan pelabuhan tersebut. Karena Nusa Penida memiliki kain Cepuk dan kain Rangrang, maka desain pelabuhan di Sampalan dan Bias Munjul itu juga akan memiliki motif kain Cepuk dan kain Rangrang yang dikombinasikan dengan ukiran kuno tersebut,” ujar Gubernur Koster yang juga Ketua DPD PDI Perjuangn Provinsi Bali ini.
Alasan Gubernur Koster memasukkan konten kearifan lokal pada arsitektur bangunan di kedua pelabuhan tersebut, karena pejabat kelahiran Desa Sembiran, Buleleng ini sangat konsisten berpegang teguh pada Perda No.4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. (red)