Denpasar (Penabali.com) – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diharapkan tidak hanya menjadi sarana pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga menjadi momentum strategis untuk memperkenalkan diversifikasi pangan di kalangan generasi muda.
Hal ini disampaikan oleh I Nengah Muliarta, akademisi dari Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Sains, dan Teknologi Universitas Warmadewa. Ia menilai, diversifikasi pangan merupakan kunci dalam membangun ketahanan pangan nasional yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
“Kita perlu mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber karbohidrat, seperti beras. Ada banyak potensi pangan lokal seperti jagung, ketela, talas, dan umbi-umbian yang tak hanya memperkaya menu harian, tetapi juga bernilai gizi tinggi,” ujar Muliarta saat dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025).
Menurutnya, keragaman pangan tidak hanya penting dari sisi gizi, namun juga sebagai strategi adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan mengandalkan berbagai jenis tanaman pangan, masyarakat memiliki daya tahan lebih baik terhadap risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem.
Muliarta juga menyoroti manfaat pangan lokal sebagai pangan fungsional, yaitu jenis makanan yang memiliki manfaat tambahan bagi kesehatan. Contohnya, jagung yang kaya beta-karoten baik untuk kesehatan mata, sementara ketela dan talas mengandung serat serta karbohidrat kompleks yang baik bagi sistem pencernaan dan dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis seperti jantung dan diabetes.
Selain aspek kesehatan, program MBG juga dinilai berperan dalam pelestarian plasma nutfah atau keberagaman genetik tanaman pangan. Keanekaragaman ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan sistem pertanian yang tahan terhadap ancaman masa depan.
“Dengan memperkenalkan berbagai jenis tanaman pangan lokal melalui program MBG, kita turut menjaga warisan genetik sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan,” tambahnya.
Lebih jauh, konsumsi pangan lokal dinilai mampu memperkuat ekonomi daerah melalui penciptaan lapangan kerja di sektor pertanian. Hal ini sekaligus membuka peluang baru bagi petani lokal dalam mengembangkan produk pertanian yang bernilai tambah.
Muliarta berharap program MBG dapat mendorong pergeseran pola konsumsi masyarakat dari yang semula bergantung pada beras menuju pola makan yang lebih variatif, sehat, dan berkelanjutan.
“Program ini bukan sekadar pemenuhan makan harian, tetapi juga edukasi tentang pola konsumsi yang lebih baik. Dampaknya bisa signifikan bagi peningkatan gizi, kesehatan, serta kemandirian pangan masyarakat,” pungkasnya. (rls)