Categories Buleleng Inovasi

Olah Sampah 3 Ton Per Hari, TPST Bondalem Mampu Hasilkan 1 Ton Pupuk Kompos, Jual Rp.800 Per Kilo

Buleleng (Penabali.com) – Membangun kesadaran masyarakat desa terkait kebersihan lingkungan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja sama dari semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah.

Saat ini sampah telah menjadi masalah serius yang harus ditangani, terutama dalam memelihara kelestarian dan kesehatan lingkungan. Sampah yang berserakan dapat merusak lingkungan yang berakibat terjadinya pencemaran lingkungan.

Dalam pengolahan sampah pada lingkungan masyarakat desa kebanyakan masih bertumpu pada unsur penimbunan sampah kemudian dilakukan pembuangan dan pemusnahan dengan cara dibakar di halaman rumah masing-masing.

Berangkat dari alasan itulah, Pemerintah Desa (Pemdes) Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, berinisiatif meredam masalah kebersihan lingkungan terutama yang berkaitan dengan sampah dengan cara membuat tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Saat dikonfirmasi di ruang kerjanya belum lama ini, Perbekel Desa Bondalem, Gede Arya Odantara, menyampaikan salah satu unit usaha yang dikelola BUMDes Bondalem adalah TPST dimana Pemdes dalam hal ini sangat mendukung penuh TPST ini dimulai sejak tahun 2018. Itu dibuktikan dengan digelontorkannya penyertaan modal dari Pemdes melalui alokasi dana desa (ADD) untuk TPST sebesar Rp.720 juta untuk biaya operasional dan sumber daya manusianya.

Kedepan pihaknya akan selalu berusaha membuat terobosan yang baru dan bersinergi dengan dinas terkait dimana sampah plastik ini bisa dimanfaatkan untuk campuran aspal guna dapat memaksimalkan sampah plastik yang selama ini terbuang percuma, sehingga permasalahan sampah plastik yang terjadi saat ini bisa dikendalikan. Untuk itu, perbekel yang juga merupakan pensiunan Kabid di Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil ini akan mencoba menambah SDM lagi untuk dipekerjakan dalam memilah sampah plastik dan organik.

“Saya rasa itu kebijakan yang akan kami lakukan untuk tahun 2023,” tegasnya.

Antusias dari masyarakat tentang adanya TPST ini juga bisa dibilang cukup baik. Terbukti sudah 400 lebih pelanggan yang terdaftar di dalam TPST ini, dimana masyarakat akan diberi kemudahan dalam proses pembuangan sampah karena petugas TPST akan mendatangi rumah-rumah masyarakat yang menjadi pelanggan untuk diangkut sampahnya oleh petugas, dua hari sekali.

“Saya harapkan kedepan akan lebih banyak lagi masyarakat akan menjadi pelanggan TPST, sehingga sampah bisa terkumpul disatu tampat untuk dapat dipilah sesuai peruntukannya,” tandasnya.

Sementara itu ditemui di tempat terpisah, Manager Bumdes Bondalem, Ketut Partayasa, mengungkapkan keberadaan BUMDes Desa Bondalem mulai terbentuk pada tahun 2014. Dimana di Bumdes tersebut membidangi beberapa program diantaranya simpan pinjam, unit pengelola sarana (UPS) air minum, pelayanan listrik online, perdagangan, wisata bahari “Diving” dan penangan sampah melalui tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).

Ketut Partayasa menjelaskan, saat ini pihaknya mulai memfokuskan pada TPST guna menciptakan lingkungan yang sehat, bersih serta memberdayakan masyarakat sekitar. Dimana TPST ini sudah berdiri sebelum adanya BUMDes dan mulai diakusisi pada tahun 2014 silam.

“Karena keterbatasan sarana dan prasarana TPST yang dulunya dikelola oleh perseorangan itu baru dimerger BUMDes pada saat terbentuknya BUMDes. Pihak BUMDes memfasilitasinya dengan mesin pencacah serta kendaraan roda empat hasil bantuan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Lingkungan Hidup,” jelasnya.

Selain bantuan langsung dari Pemkab Buleleng, TPST Bondalem juga mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) berupa masing-masing 1 unit sepeda motor roda 3 dari Krisna dan sumbangsih dari pengelola penginapan setempat. Sedangkan dari pihak desa memfalisitasi berupa lahan serta penyertaan modal dari tahun 2018 sampai sekarang ini.

Melalui bantuan dari beberapa stakeholder tersebut, TPST Bondalem dapat memperkerjakan masyarakat lokal disana, bahkan sampai saat ini sudah menyerap 9 warga disana untuk ikut bekerja. Mengingat volume sampah yang dihasilkan masyarakat mencapai 3 ton per harinya.

“Hampir 3 ton per hari kami angkut sampah dari masyarakat Bondalem. Bahkan saat hari raya besar keagamaan bisa mengangkut sampah sampai 7 ton lebih,” tegas Partayasa.

Partayasa menerangkan skema yang dipakai dalam mobilisasi pengangkutan sampah itu dengan cara masyarakat berlangganan langsung kepada TPST. Dimana setiap bulannya dikenai biaya Rp.20.000. Petugas TPST akan menjemput langsung sampah itu ke rumah pelanggan setiap 2 hari sekali.

Menelusuk lebih dalam pada kegiatan TPST Bondalem, selain memberi pelayanan jasa angkut sampah, pekerjanya tersebut sudah mulai memanfaatkan limbah sampah itu menjadi pupuk kompos. Dimana dalam proses pembuatan kompos itu kelompoknya mampu menghasilkan satu ton pupuk dalam sebulan yang dijual di pasaran Rp.800 per kilonya.

Bahkan kedepan pengelolaan pupuk ini akan disinergikan dengan Desa Les dan Desa Tembok terkait bahan baku pupuk seperti kotoran sapi. Bahkan sebagai sampel awal, Pemdes Bondalem membeli langsung pupuk kompos itu sebanyak 40 ton untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat di Bondalem.

Pupuk produksi TPST ini sangat diapresiasi masyarakat karena dibilang sangat bagus bagi pertanian. Melalui sampel yang diberikan Pemdes terkait pemberian pupuk gratis itu, masyarakat bisa terketuk untuk membeli pupuk disini guna meningkatkan kesejahteraan pekerja dan tentunya memanfaatkan produk desa secara langsung.

Proses dalam pembuatan kompos itu terbilang mudah. Pihaknya menjelaskan dari sampah yang diangkut itu akan dipilah dahulu dari sampah organik dan non organik. Sampah organik itu akan diproses ke mesin penyacah terlebih dahulu sebelum dipermentasikan minimal selama seminggu dengan campuran kotoran sapi dan cairan C4, kemudian baru diayak sebelum dikemas menjadi pupuk.

“Minimal seminggu dipermentasikan ya. Kalau mau pupuk lebih bagus kualitasnya bisa lebih dari seminggu. Namun hal itu tergantung kondisi cuaca juga, karena dalam proses permentasi itu dibutuhkan kelembaban dalam prosesnya agar lebih maksimal,” ujarnya.

Disinggung terkait pengelolaan sampah plastik, pihaknya menjelaskan saat ini pengelolaan sampah plastik masih belum bisa dikelola karena keterbatasan SDM-nya. Untuk sementara sampah plastik masih dikirim langsung ke TPA Bengkala. Namun demikian dengan adanya program tahun 2023 mendatang terkait penggunaan sampah plastik sebagai bahan dasar untuk membuat aspal yang dicanangkan Dinas PUTR Buleleng diharapkan mampu menjadi solusi sementara.

Ketut Partayasa menambahkan, program TPST ini bahkan sempat dijadikan studi tiru dari Porkomdes Banjar terkait pengelolaan sampah dan pembuatan kompos itu sendiri. Untuk itu perlunya dukungan dari stakeholder terkait dalam pengelolaan sampah agar kedepan lebih maksimal dan kemanfaatan yang dihasilkan dari sampah itu dapat bermanfaat bagi masyarakat Buleleng pada umumnya dan Bondalem pada khususnya. (rls)