Sejalan dengan kondisi ekonomi nasional, kinerja ekonomi Bali pada triwulan I Tahun 2019 menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan yakni sebesar 5,80 persen atau mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yakni 5,82 persen.
Perekonomian Bali pada triwulan III 2019 tumbuh sebesar 5,34 persen, meningkat dari triwulan II 2019 tercatat sebesar 3,04 persen. Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi Bali tersebut disebabkan oleh perlambatan kinerja di sebagian besar lapangan usaha. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada sisi permintaan disebabkan oleh perlambatan ekonomi rumah tangga yang mengalami penurunan kemampuan daya beli masyarakat.
“Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran wilayah cenderung menurun. Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali selalu berada dibawah rata-rata nasional, bahkan dalam 2 tahun terakhir merupakan yang terendah diantara seluruh Provinsi di Indonesia,” kata Gubernur Bali Wayan Koster disela acara Econimic Outlock 2020 yang diselengarakan salah satu bank pemerintah di Hotel Sheraton, Kuta, Badung, Jumat (14/02/2020).
Gubernur Koster juga menyatakan pertumbuhan ekonomi memberi dampak positif bagi penurunan kemiskinan wilayah. Persentase penduduk miskin di Provinsi Bali cenderung menurun selama periode 2009-2014. Tingkat kemiskinan di Bali juga jauh dibawah tingkat kemiskinan nasional.
Pada triwulan I tahun 2015 persentase penduduk miskin di Bali sebesar 3,79 persen sedangkan kemiskinan di tingkat nasional sebesar 9,41 persen. Di tingkat wilayah Jawa dan Bali, kondisi kemiskinan di Provinsi Bali ini merupakan yang terendah kedua setelah Provinsi DKI Jakarta.
“Kondisi ini tentu tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang telah dilakukan guna kehidupan karma Bali yang sejahtera dan bahagia, sesuai dengan visi Pemerintah Provinsi Bali yaitu Nangun Sat Kherti Loka Bali, sehingga tingkat kemiskinan di Bali tetap bertahan pada kondisi rendah dan cenderung menurun,” ungkap Ketua DPD PDI Perjuangam Provinsi Bali ini.
Disamping itu berbagai kemajuan memang telah dicapai Bali di tahun 2019, namun demikian berbagai kendala masih perlu mendapat pemikiran bersama, menyangkut tingginya angka pertambahan penduduk pada setiap tahunnya. Hal ini tentu membawa konsekwensi terhadap peningkatan penyediaan sarana dan prasarana wilayah, disamping membawa dampak pada terjadinya kerawanan sosial, ketentraman dan ketertiban daerah, serta pengangguran yang semakin meningkat.
Dilihat dari aspek pengembangan wilayah, masih terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah kabupaten/kota se-Bali. Ketimpangan ini disebabkan karena tidak meratanya potensi sumber daya yang dimiliki setiap kabupaten/kota selain juga belum meratanya infrastruktur penunjang pada masing-masing wilayah.
Dari sisi ekonomi, kata Gubernur Koster, sudah menunjukkan perkembangan kearah yang lebih baik. Karakteristik perekonomian Bali yang sangat dominan dipengaruhi sektor tersier, walaupun demikian peranan sektor primer dan sekunder turut menjadi penopang perekonomian Bali.
“Hal ini mengingat bahwa industri pariwisata, yang termasuk dalam sektor tersier, sangat tergantung dari sektor lainnya dan rentan terhadap dampak isu lokal, regional maupun internasional,” sebut Gubernur kelahiran Desa Sembiran, Buleleng ini.
Prospek pertumbuhan daerah di tahun 2020 akan ditentukan seberapa besar realisasi investasi di daerah. Posisi geografis Bali yang strategis yang didukung dengan stabilitas keamanan daerah yang semakin kondusif merupakan modal pembangunan di Bali. Namun demikian kondisi ekonomi Bali di tahun 2020 diprediksi masih dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan dari sisi lapangan usaha, terdapat potensi risiko penurunan laju pertumbuhan penyediaan akomodasi, makan dan minum yang merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi Bali, seiring masih lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan kondisi negara competitor yang menjadi destinasi pariwisata.
Dari sisi permintaan, masih minimnya permintaan global juga mempengaruhi kinerja ekspor, yang berimplikasi pada tertahannya akselerasi perekonomian Bali.
Berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing berpengaruh pada tertundanya import barang modal yang menyebabkan terjadinya perlambatan kegiatan investasi di Bali. Terkait dengan prediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi makro dan mikro sebagaimana tersebut diatas, secara tidak langsung akan berpengaruh kepada Sektor Perbankan.
Untuk itu Gubernur Koster mengingatkan kepada para pelaku perbankan untuk selalu menjaga target-target perencanaan yang bukan hanya dilihat dari kuantitas semata, tetapi juga secara kualitas dengan memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia didalamnya.
“Begitu juga penyaluran kredit tanpa masalah harus terus diupayakan dan ditingkatkan, prospek keuangan jangan hanya melihat kredit dari agunannya saja, namun harus juga lebih selektif,” pintanya.
Disamping itu, untuk meningkatkan perekonomian Bali, maka saat ini Pemprov Bali sedang menata kembali pembangunan pariwisata Bali agar lebih terstruktur dan terarah. Diantaranya adalah mengutamakan pembangunan infrastruktur yang akan memudahkan mobilisasi masyarakat Bali dalam menunjang aktivitas ekonominya.
Pada kesempatan itu Gubernur juga menyinggung virus corona yang saat ini berpengaruh terhadap pariwisata di Bali. Gubernur Bali menghimbau kepada masyarakat agar tidak panik secara berlebihan, karena sampai saat ini Bali masih aman dari virus ini dan pariwisata Bali juga masih tetap berjalan.
“Wisatawan dari negara lain selain Cina masih berdatangan ke Bali. Jadi tidak benar isu yang beredar Bali seperti pulau mati yang tidak lagi kedatangan wisatawan,” tutup mantan anggota DPR RI tiga periode ini. (red)