Denpasar (Penabali.com) – Perkembangan harga dan inflasi gabungan Kota Denpasar dan Singaraja pada Maret 2023 berdasarkan historis, rata-rata inflasi mtm di Maret relatif tinggi, namun realisasi Maret 2023 relatif terkendali (0,07%).
Terkait dengan perkembangan harga, terdapat beberapa komoditas yang menunjukkan peningkatan harga, yaitu beras medium, beras super, daging ayam ras, telur ayam ras, jeruk lokal, serta ikan tongkol/pindang. Faktor-faktor risiko yang perlu diwaspadai ke depan adalah terkait dengan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, dampak lanjutan kenaikan harga BBM non subsidi, masih berlanjutnya krisis geopolitik dan El Nino yang diprakirakan terjadi pada semester 2-2023. El Nino berpotensi menimbulkan gangguan produksi hortikultura (bawang merah, cabai merah, cabai rawit).
“Inflasi ini sangat peka disamping dengan sektor moneter kalau inflasi ini tidak terjaga dengan baik sektor moneter juga akan terpengaruh,” ujar Anggota DPR RI Komisi XI Dapil Bali, I Gusti Agung Rai Wirajaya (ARW) saat menjadi narasumber pada acara FGD Pengendalian Inflasi Daerah yang diselenggarakan Yayasan Adisti Raditya Wrehatnala, bertempat di Hotel Neo, Denpasar, Jumat (14/4/2023).
Guna menekan inflasi, Bank Indonesia menyarankan beberapa rekomendasi. Diantaranya pelaksanaan operasi pasar di tempat-tempat strategis khususnya selama Ramadan dapat dilakukan di rumah ibadah, memastikan kelancaran distribusi bahan pangan, optimalisasi dukungan APBD dalam program pengendalian inflasi daerah, mengoptimalkan sarana dan prasarana penyimpanan hasil pertanian, mengoptimalkan peran Perumda sebagai unit usaha pangan, meningkatkan kualitas data neraca pangan, serta meningkatkan efektivitas komunikasi pengendalian inflasi.
ARW mengungkapkan, bersama mitra kerja Komisi XI salah satunya Bank Indonesia senantiasa menjaga dan mengendalikan inflasi ini agar terhindar dari resesi. Jika inflasi ini bisa terjaga, itu artinya negara akan lepas dari resesi. ARW menyatakan pengendalian inflasi harus dilakukan gotong royong seluruh stakeholder termasuk juga pemerintah.
“Kami berterimakasih kepada Bank Indonesia yang sudah melakukan kerja sama yang baik terutama di Denpasar ini selama ini sudah terjaga dengan baik dan sering ada sebuah komunikasi dan sering juga ada pertemuan-pertemuan menjaga inflasi di Bali secara keseluruhan,” tutur Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini.
Selain ARW, FGD ini juga menghadirkan narasumber lainnya. Yakni Deputi Direktur Bank Indonesia Provinsi Bali, Andy Setyo Biwado mewakili Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Anak Agung Gede Risnawan selaku Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Denpasar mewakili Walikota Denpasar, dan Dr. Dra. I.G.A. Diah Yuniti, M.Si., selaku akademisi.
Andy Biwado mengatakan, pemicu inflasi Kota Denpasar selama ini adalah beras dan cabe. Namun berkat kerja sama TPID dan instansi terkait inflasi dapat dikendalikan. Andy berharap hal ini bisa mendukung ekonomi Bali yang saat ini sedang proses pemulihan karena saat awal pandemi sempat terkontraksi sangat dalam.
“Terkait pasokan kami sudah berkoordinasi dengan Bulog dengan distributor kemudian dengan Perumda juga kami bisa nyatakan untuk Bali pasokan aman jadi 9 bahan pokok itu aman baik beras, minyak goreng, gula pasir dan lainnya itu aman. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir tidak perlu berbelanja berlebihan karena persediaan sudah cukup aman,” ujar Andy.
FGD Pengendalian Inflasi Daerah dihadiri tokoh perempuan di Kota Denpasar, Anak Agung Istri Paramita Dewi (APD) dan camat, lurah serta perbekel se-Kota Denpasar. (red)