Categories Seni Sosial Budaya

Pentas Seni “Gemati Bhumiku”, Refleksi Kasih Sayang Tulus Sayangi Bumi

Yogyakarta (Penabali.com) – Sebanyak 23 anak-anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia menginisiasi pentas seni bertema “Gemati Bhumiku” yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Di berbagai wilayah di Indonesia, sampah masih menjadi persoalan yang belum selesai dan sulit diatasi, tak terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data Badan Pembangunan Daerah DIY pada 3 Oktober 2022, total volume sampah di DIY mencapai angka 1.133,94 ton/hari. Sementara itu, volume sampah yang bisa diproses dalam sistem pengelolaan sampah terpadu tempat pembuangan akhir (TPA) DIY hanya sebesar 893,53 ton/hari. Belum lagi, sampah-sampah yang dibuang ke kali atau sungai hingga hanyut dan menumpuk di hilir, yang berdampak pada masyarakat sekitar.

“Tumpukan sampah di TPA Piyungan sudah melebihi batas, volume penerimaan sampah semakin naik. Kurangnya pengelolaan sampah yang baik sering menimbulkan bau tak sedap, apalagi musim penghujan yang semakin membuat tidak sehat. Masih banyak orang juga yang membuang sampah ke sungai, jadi ketika hujan deras dapat menimbulkan banjir sampah. Jika sungai kering sampah menumpuk di pinggir kali dan menyebabkan bau yang tidak sedap,” tutur Kisah, Anggota Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia.

Tema “Gemati Bhumiku” dipilih oleh anak-anak dan orang muda sebagai refleksi rasa kasih sayang yang tulus dan sepenuhnya kepada bumi. Lebih mendalam, Gemati Bhumiku dimaksudkan sebagai wujud meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat dan berbagai pihak untuk lebih dapat menjaga dan melestarikan bumi terutama sadar pentingnya untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Pentas Seni “Gemati Bhumiku” bekerja sama dengan dengan Teater RDJ, Komunitas Indriyanati dan Kwarda Pramuka Provinsi DIY menampilkan suara, ide gagasan anak-anak terkait penanganan krisis iklim yang dikemas menarik melalui musikalisasi puisi, teater, dan diskusi publik.

“Inisiasi anak-anak dan orang muda yang tergabung dalam child campaigner ini merupakah bagian dari Kampanye Aksi Generasi Iklim Save the Children Indonesia. Kampanye ini bertujuan untuk memastikan anak-anak dan keluarga terutama mereka yang terdampak secara langsung dari krisis iklim dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan melakukan hal kecil dimulai dari keluarga,” jelas Dewi Sri Sumanah, Media dan Brand Manager Save the Children Indonesia. (rls)