Singaraja ( Penabali.com) – Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Buleleng (P2KBP3A) meluncurkan salah satu program untuk percepatan penanganan stunting di Kabupaten Buleleng. Dinas P2KBP3A meluncurkan Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING).
Peluncuran itu dilakukan di sela – sela Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting yang digelar di Gedung Wanita Laksmi Graha, Senin, (10/3) yang dihadiri langsung Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra.
Kepala Dinas P2KBP3A, Nyoman Riang Pustaka mengatakan berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka prevalensi balita stunting di Kabupaten Buleleng telah menurun menjadi 6,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 11 persen. Hal ini menunjukan kesadaran para orang tua dan pemerintah dalam upaya penanganan stunting sudah berjalan dengan baik di Buleleng. Ini juga berkat sinergi yang baik, antara Pemerintah Daerah bersama elemen masyarakat yang ada.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat komitmen lintas sektor, merumuskan rencana kerja yang lebih efektif, serta mengoptimalkan pemanfaatan data keluarga sebagai dasar kebijakan percepatan penurunan stunting,”jelas Riang.
Ia juga menjelaskan, salah satu langkah strategis yang diperkenalkan adalah Program GENTING, yang mengajak seluruh pihak untuk menjadi orang tua asuh bagi balita stunting dan keluarga berisiko stunting.
“Meskipun demikian, masih ada tantangan yang perlu kita hadapi, terutama dalam meningkatkan kehadiran balita di Posyandu,” tambanya.
Sementara itu, Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra menjelaskan Pemerintah harus melakukan intervensi secara terpadu bersama sejumlah stakeholder yang ada. Hal ini guna untuk menyamakan persepsi menyusun rencana kerja yang lebih cepat dan terukur. “Penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan atau Dinas P2KBP3A semata, melainkan memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan,”jelasnya.
Sutjidra juga mengungkapkan keberhasilan Kabupaten Buleleng dalam menurunkan angka prevalensi stunting dari 22,05% pada 2019 menjadi 6,2% pada 2023. Meskipun demikian, upaya terus dilakukan agar Buleleng bisa terbebas dari stunting sepenuhnya.
“Melalui gerakan ini, kita ingin memastikan setiap balita mendapatkan akses nutrisi yang cukup, termasuk makanan bergizi, serta dukungan non-nutrisi seperti edukasi, sanitasi, air bersih, dan pemberdayaan keluarga,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga mengapresiasi kerja keras Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa/kelurahan yang telah bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat. Ia menegaskan bahwa program percepatan penurunan stunting harus menjadi prioritas dalam perencanaan anggaran daerah. (ika)