Denpasar (Penabali.com) – Pers kampus memiliki peran strategis sebagai benteng terakhir dalam melawan hoaks di era digital. Dengan semangat kritis dan idealisme yang kuat, pers kampus menjadi ujung tombak dalam meningkatkan literasi media di kalangan mahasiswa. Hal ini disampaikan oleh I Nengah Muliarta, akademisi Universitas Warmadewa (Unwar) sekaligus Koordinator Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Bali, NTB, dan NTT, saat acara Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar yang digelar oleh Unit Penalaran dan Jurnalistik (UPJ) Universitas Warmadewa, Sabtu (7/12) di Denpasar.
“Mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam melawan hoaks. Melalui pers kampus, mereka dapat belajar berpikir kritis, mencari sumber informasi yang kredibel, dan menyajikan berita akurat,” ujar Muliarta.
Menurutnya, pers kampus memiliki keunggulan unik dibandingkan media massa lainnya. Dengan akses langsung ke mahasiswa, pers kampus mampu menjangkau audiens yang lebih tepat. Selain itu, pers kampus memiliki kebebasan lebih besar untuk mengangkat isu-isu relevan di lingkungan akademik, serta semangat kuat untuk menciptakan perubahan positif.
“Pers kampus adalah laboratorium bagi jurnalis muda. Mereka dapat mengasah keterampilan, berinovasi, dan belajar dari kesalahan untuk menghasilkan karya jurnalistik berkualitas,” tegasnya.
Namun, pers kampus juga menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya manusia dan finansial, serta persaingan ketat dengan media sosial yang menawarkan informasi cepat dan mudah diakses.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Muliarta menyarankan pers kampus menjalin kolaborasi dengan dosen, alumni, dan media massa, serta mengembangkan model bisnis berkelanjutan. “Pers kampus harus kreatif mencari pendanaan, misalnya melalui kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, atau pemerintah,” imbuhnya.
Muliarta juga memuji beberapa pers kampus di Indonesia yang telah berhasil meningkatkan literasi media. Ada yang rutin mengadakan workshop literasi, menciptakan konten kreatif untuk menarik minat mahasiswa, hingga bekerja sama dengan sekolah untuk edukasi literasi media.
Ia berharap pers kampus dapat terus berkembang dan menjadi kekuatan positif dalam masyarakat. Dengan lebih banyak jurnalis kampus berkualitas, tingkat literasi media di Indonesia diharapkan meningkat secara signifikan.
“Pers kampus adalah aset berharga bagi bangsa. Mereka memegang peran penting dalam menjaga demokrasi dan memperkuat masyarakat madani,” tutupnya.
Dengan dukungan berbagai pihak, pers kampus berpotensi besar menjadi pemimpin dalam literasi media, sekaligus benteng terakhir melawan hoaks di era digital. (rls)