Categories Ekonomi & Bisnis

Phapros Optimis Penjualan Antimo Diprediksi Naik Jelang Libur Akhir Tahun

Jakarta (Penabali.com) – Industri pariwisata domestik maupun mancanegara terus berkembang pesat. Pada semester I 2022 yang lalu, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai angka 1,2 juta orang, lebih tinggi dibanding tahun 2021 yang angka total dalam setahun mencapai 1,6 juta wisatawan. Selain itu, peringkat Indonesia dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2021 meningkat dari urutan 44 menjadi urutan 32, lebih tinggi dari Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Industri farmasi merupakan salah satu sektor yang turut mendapatkan dampak positif dari menggeliatnya sektor pariwisata. Menurut Direktur Utama PT Phapros Tbk Antimo Group, Hadi Kardoko, salah satu produk unggulan dari emiten berkode saham PEHA tersebut mencatat pertumbuhan yang positif selama tahun 2022.

“Pada semester I kemarin, pertumbuhan penjualan Antimo mencapai lebih dari 100 persen dibandingkan tahun 2021. Kemudian, di awal kuartal IV 2022 ini, yaitu di November, Antimo dan produk turunan yang menyasar segmen travel convenience juga tumbuh diatas 130 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kami pun optimis, di Desember ini penjualannya semakin meningkat karena libur Natal dan Tahun Baru,” tuturnya di Jakarta, Kamis (15/12/2022).

Sebagai produk yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia yang sering mengalami motion sickness (mabuk perjalanan), Antimo merupakan living legend brand yang telah berusia genap 50 tahun di 2022 ini serta memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja penjualan Phapros selama ini.

Pada 2023 nanti, tambah Hadi, Phapros akan melakukan berbagai inovasi berbasis riset untuk memproduksi beragam obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dan berpotensi untuk diekspor ke negara-negara lain, termasuk menjadikan commercial excellence, operational excellence, financial excellence dan digitalisasi sebagai bagian dari strategi lanjutan dari tahun ini.

“Kami konsisten untuk menciptakan produk berbasis kebutuhan, bukan sekedar mengikut tren padahal tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai perusahaan milik negara, tentu kami turut bertanggungjawab memberikan kinerja yang terbaik dengan inovasi terbaik sehingga dampaknya tidak saja dirasakan oleh masyarakat yang mengkonsumsi obat-obat dari Phapros, tapi juga negara yang mendapatkan pemasukan dari kinerja perusahaan,” tutupnya. (rls)