Gianyar (Penabali.com) – Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Selama ini sebagian masyarakat memberikan stigma negatif dan juga adanya perilaku diskriminasi di segala hal seperti misalnya sedikit peluang pekerjaan formal, tidak adanya fasilitas publik, sehingga kelompok ini merupakan elemen masyarakat yang rentan dengan kemiskinan.
Di Desa Siangan Gianyar tepatnya di Jl. Mundeh Banjar Teruna, Desa Siangan, Kabupaten Gianyar, terdapat suatu yayasan yang menaungi para penyandang disabilitas yakni Yayasan Bhakti Senang Hati. Ketua Yayasan Bhakti Senang Hati, I Nyoman Sukadana menjelaskan bahwa yayasan ini menjadi salah satu tempat bagi para disabilitas dalam berkreasi, berekspresi dan bersosialisasi tanpa harus memiliki rasa canggung.
“Yayasan ini sudah beroperasi dari tahun 2014 dan sampai saat ini telah dihuni oleh kurang lebih 20 penyandang disabilitas,” kata Sukadana di Gianyar, Sabtu (03/07/2021).
Untuk menjaga keberlanjutan dan menjaga masa depan para penyandang disabilitas ini diperlukan peningkatan kecakapan hidup sebagai sebuah terobosan. Kecakapan hidup sebagai bekal untuk menapaki kemandirian hidup ini sangat dibutuhkan di lingkungan masyarakat khususnya penyandang disabilitas. Maka, dibutuhkan suatu cara untuk menumbuhkan semangat kemandirian di lingkungan masyarakat yang masih produktif dengan konsep kewirausahaan.
“Dengan kewirausahaan diharapkan akan dapat menunjang pemberdayaan masyarakat agar lebih produktif di berbagai bidang,” ujarnya.
Hal itulah yang kemudian memotivasi tim Pengabdian Masyarakat Unwar untuk hadir kembali menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan tema “Pelatihan Kewirausahaan Pembuatan Aneka Kue di Yayasan Bhakti Senang Hati, Gianyar”.
Tim Pengabdian Masyarakat beranggotakan Dosen Fakuktas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unwar yang diketuai Ita Sylvia Azita Azis, S.E., M.Si., dengan Anak Agung Bagus Amlayasa, S.E., M.Si., dan Dra. Ni Nengah Ganawati, M.Si., sebagai anggota serta didampingi 2 orang mahasiswa, menyampaikan bahwa Yayasan Bhakti Senang Hati bukanlah yayasan yang memiliki donatur tetap. Hal ini juga menjadi salah satu motivasi mereka yang memiliki keterbatasan agar bisa mandiri dan bangkit dengan membentuk suatu kelompok usaha bersama dengan membuat jajanan tradisional.
Kendala yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas ini adalah minimnya pengetahuan kewirausahaan/bisnis, minimnya pemahaman dalam pengolahan kue, serta minimnya pengetahuan dalam menentukan harga jual kue tersebut.
“Penentuan harga jual menjadi sangat penting karena dengan mengetahui berapa harga pokok kue maka kita dapat mengoptimalkan keuntungan,” ucap Ita.
Untuk mengatasi permasalahan yang menimpa pada Yayasan Disabilitas, maka literasi kewirausahaan dan pelatihan serta pendampingan proses pembuatan kue tradisional menjadi solusi yang tepat dalam menghadapi masalah mitra. Bahwa, dengan adanya tambahan hard skill dan soft skill berupa pengetahuan kewirausahaan dan praktek proses produksi pembuatan kue tradisionl dalam hal ini kue lemper dan pisang goreng keju secara komprehensif, maka hal ini dapat dijadikan sebagai modal awal dan rangsangan dalam membuka usaha oleh mitra sehingga dapat mengelola usaha secara lebih efektif dan efisien, mengingat peran kewirausahaan begitu besar dan berkontribusi dalam meningkatkan kecakapan hidup dan kemandirian penyandang disabilitas.
Kegiatan PKM ini diakhiri dengan memberi bantuan berupa peralatan untuk mendukung kegiatan operasional Mitra Yayasan Disabilitas Bhakti Senang Hati. Bantuan ini diserahkan langsung Ketua Tim PKM kepada Ketua Yayasan Disabilitas Bhakti Senang Hati.
“Semoga dengan pemberian bantuan ini dapat sebagai modal awal usaha produksi jajan tradisional,” harap Ita. (rls)