Potensi SDM dan SDA Melimpah, Ekonomi Kreatif di Buleleng Meningkat Kualitas dan Kuantitas

Buleleng (Penabali.com) – Kabupaten Buleleng dikenal sebagai daerah produksi ekonomi kreatif karena Sumber Daya Alam (SDA) dan budaya yang dimiliki. Perkembangan digital merupakan satu kesatuan dari ekonomi kreatif (Ekraf) itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi pada pengembangan ekonomi kreatif harus menjadi satu kesatuan.

Melihat potensi tersebut, Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, berharap ekonomi kreatif dalam mendorong UMKM di Buleleng yang semakin berkualitas, dan kuantitasnya dapat diwujudkan.

“Ini kita bisa lihat kesiapan dan ketahanan UMKM kita melalui ekonomi kreatif pada masa pandemi,” ucap Suyasa saat membuka acara Fokus Group Discussion (FGD) Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I), di Gedung PLUT Kabupaten Buleleng, Kamis (20/7/2023).

Lebih lanjut Sekda Suyasa menyampaikan, Kabupaten Buleleng termasuk kategori cukup stabil dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 melalui UMKM. Sehingga, ekonomi kreatif bisa menjadi tumpuan yang sangat besar untuk masa depan.

“Semakin kreatif daerahnya, makin bangkit ekonomi kreatifnya dan semakin bangkit UMKM-nya yang tentu ketahanan ekonomi daerah juga semakin bagus,” ujarnya.

Untuk posisi saat ini resisi pertumbuhan ekonomi Buleleng cukup stabil. Tidak terjadinya lonjakan yang sangat besar karena bertumpu pada satu sektor pertanian dan juga sektor ekonomi kreatif khususnya di UMKM.

“Kami harap UMKM di Buleleng bisa tetap eksis, mengkontribusi yang lebih besar pertumbuhan ekonomi,” harapnya.

Tidak hanya itu, saat ini untuk ekonomi kreatif di Kabupaten Buleleng terserap sekitar 37 sampai 40 persen di sektor pariwisata. Walaupun pariwisata di Buleleng tidak sedasyat di Bali selatan, tetapi di sektor ekonomi kreatif cukup memberikan kontribusi menjaga ekonomi daerah.

Sementara itu, Analisi Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf RI, Elizabeth Tioria Gurning, mengatakan ekonomi kreatif terdapat 17 sub sektor yang dikenal di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut paling tidak terdapat 3 sub sektor yang menjadi penarik.

“Kemarin tim kami sudah mengunjungi pelaku kuliner, seni pertunjukan, fashion, musik dan kriya. Hasil yang dilihat teman-teman ini membuat tim kita kebingungan karena semua sama kuatnya dan kita harus menemukan mana yang mempunyai nilai kreatifitas lebih tinggi,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga menyampaikan bahwa FGD ini sebagaimana ditentukan dan diputuskan bersama dengan diskusi yang akan dijadikan sub sektor unggulan. Dimana hasil diskusi akan ditentukan hasilnya nanti sore dan besok pada saat tanda tangan berita acara. (rls)