Categories Badung Berita

Program Malini Learning Farm di Malini Agropark Pecatu Diapresiasi Komnas Perlindungan Anak, Wayan Tana: Penghargaan ini Saya Persembahkan bagi Ibu Pertiwi

Komnas Perlindungan Anak dan Imaculata Autism Boarding School, Rabu (9/10/2019), memberikan penghargaan kepada Malini Agropark Pecatu, Uluwatu, Kabupaten Badung, atas dedikasinya mengajarkan anak-anak sekolah mencintai lingkungan dalam bentuk bertani.

“Ide Malini sangat luar biasa. Disaat anak-anak sekarang cenderung ketergantungan gadget, Malini Agropark justru menyediakan wahana edukasi berupa pengenalan lingkungan dalam bentuk pertanian sehingga hal ini akan mengalihkan anak-anak dari gadget dan membuat mereka makin mencintai pertanian,” kata Dr. Ima, M.Si., dari Imaculata Autism Boarding School, didampingi Aris Merdeka Sirait dari Komnas Perlindungan Anak, di Malini Agropark Pecatu, Uluwatu, Badung.

Ima melihat apa yang digagas I Wayan Tana selaku pemilik Malini Agropark Pecatu bisa membuat anak-anak bangga terhadap apa yang dilakukannya. Karena edukasi mengenalkan lingkungan lewat bercocok tanam, menurut Ima akan membuat anak-anak mengetahui bagaimana sayur itu tumbuh mulai dari proses pembibitan, menanam, memelihara, hingga memanen.

“Selama ini mereka hanya tahu sayur sawi yang dimakan tiap hari tapi anak-anak tidak tahu bagaimana proses menanamnya. Jadi apa yang dilakukan Pak Tana ini mudah-mudahan bisa ditiru oleh orang lain sehingga anak-anak Indonesia sejak dini mengenal lingkungan khususnya pertanian,” jelas Ima.

Aris Merdeka Sirait dari Komnas Perlindungan Anak mengungkapkan selama ini terus memantau aktivitas di Malini Agropark Pecatu yang berdasarkan informasi yang Ia dapat kegiatannya melibatkan anak-anak. Namun setelah melihat secara langsung apa yang dikerjakan di Malini Agropark Pecatu, Ia mengaku senang bahwa I Wayan Tana benar-benar memberikan kepada anak-anak sebuah lingkungan yang sehat, dan itu merupakan hak anak sesuai konten konvensi PBB tentang hak anak.

“Jadi kalaupun Malini Agropark Pecatu ini memfasilitasi anak-anak untuk mencintai lingkungan itu adalah bagian dari hak anak. Jadi tidak salah apa yang dilakukan Wayan Tana dan Malini Agropark untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan positif bagi tumbuh kembang anak,” bebernya.

Malini Agropark Pecatu berdiri diatas lahan seluas satu hektar. Kendati lokasinya berada di lahan yang kering, berbatu berkapur, namun Malini Agropark mampu menyulap lahan tandus menjadi lahan pertanian yang subur. Ada banyak jenis tanaman menyehatkan dan organik yang bisa ditemui disini. Tempatnya yang berada diatas tebing dengan pemandangan lautan samudra lepas, membuat tempat wisata edukasi yang berdiri tahun 2016 ini selalu ramai dikunjungi wisatawan baik domestik dan mancanegara.

Salah satu program edukasi yang mencuri perhatian banyak pihak termasuk Komnas Perlindungan Anak dan Imaculata Autism Boarding School, adalah Malini Learning Farm. Program ini mengajak masyarakat utamanya anak-anak sekolah untuk dikenalkan tentang lingkungan termasuk bertani.

“Penghargaan yang kami diberikan merupakan upaya untuk mendorong pihak lain menciptakan wahana edukasi alam kepada anak seperti yang dilakukan Wayan Tana di Malini Agropark,” ujar Aris Merdeka Sirait.

Pemilik Malini Agropark Pecatu, Wayan Tana, tak mampu menyembunyikan kebahagiaan sekaligus rasa haru setelah menerima penghargaan ini.

“Terima kasih atas penghargaan ini, saya persembahkan kepada ibu pertiwi,” kata Tana.

Foto: Wayan Tana.

Sejak Malini Agropark Pecatu berdiri tahun 2016, memang aktif mengedukasi anak-anak melalui program Malini Learning Farm dengan mengajari anak-anak bagaimana cara membibit, menanam, merawat, dan mengolah tanaman secara organik. Tana menyatakan, tujuan program tersebut adalah sedini mungkin mengenalkan alam lingkungan kepada anak-anak terutama pertanian yang telah menjadi jati diri bangsa dan warisan leluhur nenek moyang.

“Disaat yang lain mulai meninggalkan pertanian dan petani, maka Malini Agropark tampil sebagai petani karena presiden tetap harus makan, menteri tetap harus makan, semuanya harus tetap makan dan itu semua harus berasal dari produk petani Indonesia. Kalau petani Indonesia lelah bertani maka lambat laun pertanian akan diambil alih oleh bangsa lain. Dan jika itu terjadi maka akan sangat membahayakan bagi kelangsungan pertanian indonesia,” beber Tana mengingatkan.

Sementara itu salah seorang guru pendamping siswa, I Made Sudira menyatakan sangat mengapresiasi program yang dibuat Wayan Tana dengan memberikan edukasi positif bagi anak-anak untuk belajar bertani sekaligus mengarahkan anak-anak mencintai alam dan lingkungannya.

Disisi lain, Sudira juga mengaku kaget apa yang dilihatnya di Malini Agropark Pecatu. Lahan yang Ia tahu kering dan berbatu kapur, justru disulap menjadi lahan yang subur ditanami aneka macam sayuran.

“Saya lihat aneh, disini tergolong lahan yang kering, batu kapur, tapi mampu disulap jadi subur ditanami sayuran dan lainnya,” ujar Sudira yang juga Kasek SDN 4 Pecatu ini. (red)