Buleleng (Penabali.com) – Bertempat di Auditorium Kampus Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Minggu (12/12/2022), BEM REMA Undiksha menggelar diskusi publik dengan tema “Eksistensi Subak sebagai Warisan Budaya Bali”.
Dalam diskusi publik tersebut, hadir pembicara yakni Dr. I Putu Sriarta, M.S (Dosen Pendidikan Geografi Undiksha), Made Kresna Dinata selaku Manajer Advokasi dan Kampanye WALHI Bali, dan Ali Irfan Effendi Rangkuti dari Kementerian Sosial dan Politik BEM Undiksha.
Ali Irfan Effendi Rangkuti yang juga aktif di Lingkar Studi Tumbuh menyebutkan bahwa kondisi swasembada beras Provinsi Bali sedang mengalami defisit.
Irfan menyebutkan dalam temuannya, Bali minus 491.194.034 kg.
“Hasil temuan kami menyebutkan bahwa kondisi beras Provinsi Bali saat ini mengalami defisit” jelasnya.
Irfan Efendi menambahkan, jika Provinsi Bali mengakomodir pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi justru akan menambah dan memperburuk keadaan yang dimana sebelumnya diketahui bahwa rencana Pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi akan menerabas kawasan sawah produktif seluas 480,54 Ha.
“Hal ini pastinya mengancam swasembada Provinsi Bali menjadi lebih defisit” tegasnya.
Dr. I Putu Sriarta, dosen Geografi Undiksha, juga menyebutkan subak merupakan sebuah budaya Bali yang sudah ada selama satu milenium dan telah diakui menjadi warisan dunia.
“Subak dipuja namun hidupnya merana” ucap Sriartha.
Subak sangat erat dengan nilai-nilai palemahan, pawongan, dan palemahan. Namun dewasa ini subak kian hari keberadaannya kian menyusut. Disamping itu, Sriartha juga mengatakan jika subak sedang mengalami proses marjinalisasi,
“Ditambah dengan alih fungsi lahan pertanian sebagai pemicu pertamanya” lanjutnya.
Made Krisna Dinata juga mengatakan terkait alih fungsi lahan bahwa Bali terus mengalami penurunan dan penyusutan akibat alih fungsi lahan utamanya akibat pembangunan infrastruktur. Krisna menegaskan bahwa proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi sejatinya akan menambah deretan kasus alih fungsi lahan sebab pembangunan jalan tol ini akan menerabas sawah produktif seluas 480,54 Ha dan menerabas 98 subak.
“Maka jika ingin mempertahankan atau memperpanjang eksistensi subak serta menjaga keberadaan pangan di Bali serta memperbaiki kualitas lingkungan di Bali akibat alih fungsi lahan, maka semestinya rencana pembangunan jalan tol yang menerabas ratusan hektar sawah ini mesti dihentikan,” tegasnya.
Kadek Andre Kharisma Dewantara selaku Presiden Mahasiswa Undiksha mengatakan bahwa berdasarkan hasil diskusi, dapat disimpulkan bahwa jalan tol Gilimanuk-Mengwi dapat membawa bencana di masa depan karena alih fungsi lahan pertanian produktif.
“Oleh karena itu, BEM Undiksha turut menolak rencana pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi karena sudah jelas mengancam ketersediaan beras Provinsi Bali,” tegas Andre Kharisma.
Dalam pernyataan sikap penolakan tersebut, juga disebutkan mengenai tuntutan yang disodorkan BEM Undiksha. Yakni:
1. Membatalkan Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi, karena tidak ada urgensi terhadap pembangunan tersebut dan akan membawa bencana di masa depan.
2. Memaksimalkan jalan arteri dari Denpasar ke Gilimanuk.
3. Berpihak kepada petani karena kita makan nasi bukannya butuh tol Gilimanuk-Mengwi.
4. Berkomitmen untuk mendukung dan menjaga keberadaan pertanian di Bali.
Acara juga dimeriahkan penampilan mural yang bertemakan subak oleh organasasi kesenian Undiksha yakni Gamasera dan penampilan musik oleh Jen Ban dan Gita Dhuswara. (rls)