Denpasar (Penabali.com) – Proses sengketa informasi terkait permohonan informasi mengenai dokumen perubahan blok Tahura Ngurah Rai antara WALHI Bali dan UPTD Tahura kembali bergulir. Kali ini, proses dilanjutkan dengan mediasi.
WALHI Bali selaku pemohon dihadiri kuasa hukumnya, I Made Juli Untung Pratama, S.H., M.Kn., dan I Kadek Ari Pebriartha, S.H., dari KEKAL (Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup) Bali serta Made Krisna Dinata S.Pd., Direktur WALHI Bali. Sementara dari pihak termohon atau UPTD Tahura Ngurah Rai dihadiri I Ketut Subandi bersama staff.
Dalam mediasi kali ini, WALHI Bali mengirimkan surat keberatan kepada I Made Agus Wirajaya selaku mediator perihal keberatan dan permohonan agar perkara ini dilanjutkan ke tahap sidang ajudikasi. Pasalnya, pada mediasi sebelumnya pihak UPTD Tahura Ngurah Rai dalam berita acara yang juga ditandatanganinya, berkomitmen untuk memberikan data pendukung yang ada pada dokumen Blok Pengelolaan Taman Hutan Raya Ngurah Rai seluas 1.158,44 Kabupaten Badung dan Kota Denpasar Provinsi Bali yang sebelumnya sudah diterima WALHI Bali. Data pendukung yang dimaksud adalah Risalah umum kondisi Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Proposal Kerja Sama PT. Dewata Energi Bersih.
Pada mediasi sebelumnya pihak UPTD Tahura berkomitmen akan memberikan data tersebut paling lambat tanggal 9 November 2022. Namun pihak UPTD Tahura justru mengingkari isi kesepakatan mediasi tersebut dengan tidak memberikan data pendukung yang dimaksud. Pihak UPTD Tahura beralasan jika pihaknya telah berkoordinasi dengan PT. Dewata Energi Bersih dan data yang dimaksud tidak diijinkan dibuka oleh PT. DEB.
Menanggapi hal tersebut, Made Juli Untung Pratama, S.H., M.Kn., mengatakan dirinya merasa aneh, mengapa hanya perihal memberikan dokumen informasi publik saja menunggu ijin dari PT. DEB. Padahal yang mengelola Kawasan Tahura adalah pemerintah dalam hal ini Pemprov Bali.
“Ini aneh, mengapa negara diatur oleh perusahaan swasta?” tanyanya.
Lebih lanjut Untung Pratama menjelaskan alasan Risalah umum kondisi Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Proposal Kerja Sama PT. Dewata Energi Bersih diminta adalah untuk mengetahui apa urgensi perubahan blok perlindungan ke blok khusus diakomodir untuk kepentingan Terminal LNG, karena faktanya blok tersebut tidak layak ditetapkan sebagai blok khusus. Karena pada blok tersebut hutannya rapat, masuk sebagai wilayah yang sensitifitas ekologinya tinggi, tidak ada aktivitas manusia dan tidak ada bangunan yang eksisting. Lalu, setelah dokumen blok pengelolaan Tahura yang diberikan pihak UPTD Tahura Ngurah Rai diteliti, tidak ada penjelasan mengenai hal tersebut.
“Itu yang menjadi urgensi mengapa dokumen tersebut perlu kami minta,” ujarnya.
Mediasi dilaksanakan di Kantor Komisi Informasi Bali dan dinyatakan gagal oleh mediator, I Made Agus Wirajaya.
“Karena mediasi gagal maka proses sengketa akan dilanjutkan dengan proses persidangan Ajudikasi,” jelas Agus Wirajaya. (rls)