Categories Buleleng Seni

Sambut Nyepi Saka 1945, Yowana Manik Asta Gina Garap Ogoh-Ogoh “Nandisuara”

Buleleng (Penabali.com) – Ogoh-ogoh dalam kebudayaan Bali menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merupakan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan ogoh-ogoh, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar, menakutkan, dan berwujud raksasa. Di Bali, ogoh-ogoh dibuat untuk  memeriahkan dalam perayaan hari raya Nyepi.

Maka dari itu, Sekeha Teruna Teruni (STT) dan Yowana di Bali pada umumnya, Kabupaten Buleleng pada khususnya sangat antusias membuat ogoh-ogoh yang menarik. Hal ini dibarengi adanya lomba ogoh-ogoh yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Bali pada tingkat kabupaten maupun provinsi.

Ditemui di lokasi pembuatan ogoh ogoh, Kamis (9/3/2023), Putu Satrya Adi Saputra selaku koordinator pembuatan ogoh ogoh menyampaikan bahwa pada tahun ini Yowana Manik Hasta Gina Desa Adat Sangket, Kecamatan Sukasada mengambil tema “Nandisuara”.

“Tema ogoh-ogoh ini disepakati bersama. Setelah sebelumnya ada beberapa tema yang diusulkan, kemudian untuk sinopsisnya juga ada ceritanya,” ucap koordinator Yowana Manik Hasta Gina.

Dalam tema yang sudah disepakati itu, ogoh-ogoh tersebut melambangkan antara wujud manusia dengan lembu tentang ketabahan dan pengabdian. Dimana, ketabahan adalah nandi yang bertapa begitu lama mendapatkan wahyu mengabdi kepada Dewa Siwa.

Ogoh-Ogoh “Nandisuara”. (foto: ist.)

“Pengabdian inilah yang kemudian dalam era sekarang diharapkan agar generasi muda mengabdi dengan ikut serta mendukung dan menjalankan program-program pemerintah serta menaati aturan-aturan yang ada sebagai warga negara yang baik,” tegas Satrya.

Pada proses pembuatannya, dilakukan 1 bulan sebelum perlombaan tepatnya pada bulan Februari 2023.

“Proses pembuatannya, kami lakukan saat jam pulang kerja dan hari-hari tertentu seperti Sabtu dan Minggu,” pungkasnya.

Dalam prosesnya, Satrya menyampaikan ogoh-ogoh dibuat dengan menggunakan bahan ramah lingkungan seperti besi, bambu dan lain sebagainya. Pada bagian kaki, kepala dan trisula Dewa Siwa ditambahi dengan setelan dinamo. Hal ini supaya ogoh-ogoh tersebut bisa bergerak.

“Rangkanya itu menggunakan bahan seperti pelat-pelat besi agar gerakan itu harmonis maju mundurnya, kemudian formasi juga cuap cuap di mulutnya,” tutupnya. (rls)