Categories Badung

Sampah Dorong Perubahan Iklim, Kemenkominfo Tingkatkan Literasi Pengelolaan Sampah

Badung (Penabali.com) – Sampah kerap menjadi masalah klasik yang tak tuntas diselesaikan. Tiap negara selalu dihadapkan pada persoalan sampah. Kendati demikian, ada beberapa negara yang mampu mengelola sampahnya dengan baik.

Lalu bagaimana dengan Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) melalui Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian Maritim, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik berupaya meningkatkan literasi pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap lingkungan.

Karena itu, dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2023, rangkaian kegiatan dilaksanakan untuk menguatkan rantai nilai pengelolaan sampah dan mewujudkan pengelolaan sampah menuju emisi net zero. Salah satunya, lewat Forum Creative Talks Pojok Literasi dengan tema “Tuntas Kelola Sampah Untuk Kesejahteraan Masyarakat”, berlangsung di Hard Rock Hotel Bali, Kuta, Badung, Kamis (2/3/2023).

“Sampah yang kita hasilkan sehari-hari, yang tidak dikelola dengan baik atau berakhir dan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menghasilkan gas metana, salah satu Gas Rumah Kaca (GRK), yang dapat mendorong pemanasan global dan perubahan iklim,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Septriana Tangkary, mewakili Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo.

Sebagai upaya pengurangan jumlah sampah, Septriana menyampaikan bahwa Pemerintah sudah melakukan ajakan bagi masyarakat. Seperti ajakan berpindah menggunakan tas ramah lingkungan dan penggunaan botol minum (tumbler) sebagai langkah sederhana menekan jumlah sampah plastik. Hal tersebut diiringi dengan aksi mitigasi Pemerintah yang dilaksanakan secara bertahap dan komprehensif.

“Presiden Joko Widodo dalam Forum One Ocean Summit tahun 2022 menyampaikan komitmen Indonesia mengurangi 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025. Berbagai upaya juga dilakukan, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang sudah dilakukan di berbagai wilayah termasuk Bekasi dan NTT,” jelas Septriana.

Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Madya, Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup, Vir Katrin, mengatakan pada tahun 2025 ditargetkan pengelolaan seluruh TPA dilaksanakan dengan metode controlled dan sanitary landfill dengan pemanfaatan gas metan secara optimal. Target lainnya adalah tidak adanya pembangunan landfill baru di tahun 2030.

“Sampah yang dibawa ke TPA harus benar-benar hanya residu, semua harus habis di sumber,” jelas Vir.

Ketua BumiKita Nuswantara Wayan Aksara, memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi sampah plastik, yakni mengurangi penggunaan sedotan plastik dan mulai menggunakan sedotan berbahan alami, serta menggunakan botol air isi ulang.

“Kalau kita tidak memulai untuk berkomitmen untuk mengurangi penggunaannya, sampai kapanpun kita akan terus berbicara bagaimana kita mengelolanya,” tegasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Kabupaten Badung, Drs. I Wayan Puja, M.Si., menyatakan pengelolaan sampah harus dimulai dari sumber, dapat dimulai dari rumah. Dengan upaya ini, masyarakat juga bisa memproduksi kompos dari sampah organik. Sedangkan untuk sampah anorganik, pihaknya terus menerus memperkuat bank sampah di setiap desa di Kabupaten Badung serta menambah TPS3R yang juga berfungsi sebagai bank sampah tingkat wilayah yang bisa memicu bangkitnya circular economy.

Puja mengungkapkan Kabupaten Badung mengembangkan metode pengolahan sampah yang terstruktur, sistematis, dan masif.

“Jadi sampah itu kita kelola dengan urut-urutannya, dengan sistematikanya, dan dengan gerakan yang menyeluruh oleh seluruh yang menghasilkan sampah,” jelas Puja. (rls)