Ubud Writers & Readers Festival pertama kali diselenggarakan pada tahun 2004, telah dikenal sebagai perhelatan internasional terkemuka. The Telegraph UK bahkan menyebutnya sebagai salah satu dari lima festival sastra terbaik dunia untuk tahun 2019.
Mengusung tema, “Karma”, penyelengaraan festival pada tahun ke-16 ini menghadirkan lebih dari 180 pembicara dari 30 negara dan lebih dari 170 program mulai dari panel diskusi, lokakarya, acara spesial, pemutaran film, peluncuran buku, pameran seni, dan masih banyak lagi.
Meskipun acara utama diselenggarakan di Ubud dan sekitarnya, namun UWRF juga mempersembahkan deretan program menarik di berbagai kota lain di Indonesia melalui Satellite Events. Acara ini digelar agar para pencinta sastra, seni, budaya, hingga masyarakat yang peduli dengan isu-isu global tetap dapat mendapatkan wawasan baru sebagaimana mereka yang dapat menikmati perhelatan UWRF di Ubud.
Sama seperti tahun sebelumnya, Satellite Events UWRF 2019 juga diselenggarakan di lima kota berbeda. Jika tahun lalu Satellite Events digelar di Bandung, Surabaya, Palangkaraya, Ambon, dan Ternate, maka tahun ini program ini akan digelar di Banten, Jakarta, Semarang, Banjarmasin, dan Berau. Dikemas dalam belasan program dan menghadirkan sembilan pemateri termasuk para pembicara festival, Satellite Events tahun ini bekerja sama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kedutaan Besar Australia di Jakarta, dan Pemerintah Kota Semarang. Rangkaian acaranya akan dimulai pada tanggal 28 Oktober hingga 2 November mendatang.
Terence Ward, seorang penulis, pembuat dokumenter, dan konsultan lintas budaya yang telah menerima Award of Recognation for Enhancing Appreciation of Iranian Culture dari Iranian Muslim Association of North America, akan ikut mengisi empat sesi yang digelar di Jakarta dan Banten pada Senin (28/10/2019) hingga Kamis (31/10/2019).
Salah satu sesi yang melibatkan Terence Ward bertajuk A Book Club with Terence Ward dijadwalkan pada Selasa (29/10/2019) di The Reading Room, Jakarta. Dalam sesi yang akan melibatkan komunitas BACA. DENGAR. RASA. ini, Terence akan berbagi kisah hidupnya yang tak biasa, serta buku-bukunya. Sementara, sesi A Conversation with Terence Ward pada Rabu (30/10/2019) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Banten akan dimoderatori oleh Sakdiyah Ma’ruf.
Di Kalimantan, pada Selasa (29/10/2019), UWRF menggelar sesi New Home, New Hope di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sesi ini juga menghadirkan dua pembicara yang terlibat dalam UWRF 2019, yaitu Jenny Zhang dan Cynthia Dewi Oka. Jenny Zhang lahir di Shanghai dan pindah ke New York City sejak usia lima tahun, sementara Cynthia Dewi Oka lahir dan besar di Bali, tetapi kini tinggal di Philadelphia, Amerika Serikat. Kedua penulis berbakat tersebut akan membagi pengalaman mereka menciptakan ‘rumah baru’ bagi karyanya.
Jenny Zhang dan Cynthia Dewi Oka juga akan mengisi dua sesi lain yang tidak kalah menarik. Dalam sesi Writing About Family and History, Jenny Zhang, penulis Sour Heart yang berkisah mengenai komunitas imigran York City tahun 1990-an, akan memandu peserta sesi dalam diskusi mengenai berbagai cara untuk merajut tema keluarga dan sejarah dalam sebuah karya. Dalam sesi A Phoetic Sanctuary, penulis, penyair, sekaligus pegiat Cynthia Dewi Oka, berbagi pengalamannya bekerja dengan komunitas penyair migran di Philadelphia. Kedua sesi tersebut dijadwalkan di STIE Muhammadiyah Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur pada Kamis (31/10/2019). Dua Satellite Events UWRF yang digelar di Berau ini juga akan melibatkan Pemerintah Kabupaten Berau dan Yakobi Bacarita atau Yayasan Komunitas Belajar Indonesia.
Tahun ini, UWRF berkesempatan menggelar sesi Satellite Events paling banyak di Semarang. Enam sesi Satellite Events UWRF ini telah dikemas di berbagi lokasi ikonik Semarang, yang kemudian dinamakan Semarang Writers’ Week 2019. Pada Jumat (01/11/2019), digelar sesi Writing Can Change Everything di Gedung Oudetrap, Kawasan Kota Lama bersama Mirandi Riwoe, Carly Findlay, Valiant Budi, dan penulis Semarang Handry TM. Dari memoar hingga fiksi, sastra telah memungkinkan mereka menemukan hal-hal baru tentang diri mereka dan dunia. Peserta sesi dipastikan dapat memetik pelajaran berharga saat mereka berbagi mengenai bagaimana membaca dan menulis telah membentuk hidup mereka.
Masing-masing dari pembicara tersebut juga akan berbagi kisahnya dalam menulis karya-karya luar biasa mereka. Mirandi Riwoe akan mengisi sesi Writing The Fish Girl dimana ia akan membawa peserta sesi ke belakang layar penulisan novelnya yang luar biasa, The Fish Girl, yang mengisahkan gadis asal Indonesia yang pindah dari desa nelayan kecil untuk bekerja di rumah pedagang Belanda. Sesi ini dijadwalkan pada Jumat (01/11/2019) di Sam Poo Kong.
Masih pada hari yang sama, Carly Findlay hadir dalam sesi Writing is Power di Gedung Oudetrap, Kawasan Kota Lama. Penulis memoar Say Hello sekaligus pegiat peraih penghargaan ini akan membeberkan hal-hal yang memotivasinya untuk membentuk percakapan yang kita miliki mengenai disabilitas dan keberagaman penampilan.
Sementara itu, Valiant Budi dijadwalkan untuk sesi Writing Workshop with Vabyo pada Sabtu (02/11/2019) di Impala Space, Spiegel Buiding, Kawasan Kota Lama. Sebagai penulis buku, lagu, dan naskah pemenang penghargaan, Valiant Budi akan berbagi ilmunya untuk meningkatkan keterampilan menulis.
Salah satu tim Festival, General Manager UWRF Kadek Purnami juga akan berbagi ilmunya yang berharga dalam sesi Creating a Literary Event di lokasi yang sama. Ia akan membawa peserta sesi ke balik layar Festival dan program tahunan Penulis Emerging Indonesia, serta berbagi saran untuk menciptakan festival sastra sendiri.
“Kini saatnya UWRF berbagi ilmu yang selama ini kami dapat dalam 16 tahun penyelenggaraan Festival. Tentu saja, melalui program ini kami juga ingin mendengarkan saran dan masukan dari berbagai komunitas sastra di luar Bali. Sungguh sangat indah apabila nantinya, semakin banyak tersebar festival-festival sastra di berbagai pelosok nusantara”, ujar Kadek Purnami dalam mengemukakan alasan dibalik pembuatan sesi Creating Literary Event tersebut.
Rangkaian Satellite Events di Semarang akan diakhiri dengan sesi Menulis, Menulis, dan Menulis pada Sabtu (02/11/2019) di Gedung Oudetrap, Kawasan Kota Lama bersama dengan Handry TM. Penulis dan Ketua Dewan Kesenian Semarang ini akan berbagi rahasia menulis yang baik hingga seluk-beluk dunia kepenulisan di Semarang maupun Indonesia.
Dihadirkan di berbagai kota di Indonesia setiap tahunnya, Satellite Events UWRF diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pencinta sastra di seluruh pelosok negeri.
“Selain memberikan kesempatan bagi kami untuk bertemu dan membuka dialog bersama komunitas dan sastrawan di luar pulau Bali. Kegiatan ini juga menjadi satu kesempatan emas bagi para penulis Internasional yang kami datangkan untuk menyelami lebih dalam lagi tentang sastra dan budaya di Indonesia,” ujar Gustra Adnyana, Community Program Coordinator UWRF.
Informasi lebih lanjutmengenai UWRF dalam diakses melalui www.ubudwritersfestival.com. (rls)