Sebagai bentuk tindaklanjut atas kekhawatiran masyarakat tentang sendaran di lingkungan SDN 6 Ubung, Denpasar Utara, yang belum mendapat penanganan pasca jebol beberapa waktu lalu, Pemkot Denpasar melalui Dinas PUPR terus mengintensifkan kordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida selaku pihak yang mempunyai kewenangan terkait tebing di tepi sungai Badung ini. Tidak hanya sekarang, kordinasi pun telah dilaksanakan sejak kejadian jebol pada tahun 2016 silam dan kini terus diintensifkan.
Kabid Sumber Daya Air, Dinas PUPR Kota Denpasar, IA Trisuci Arnawati saat dikonfirmasi, Selasa (22/1), menjelaskan permohonan perbaikan sendaran sungai ini telah dilakukan sejak 2016 lalu saat bencana longsor terjadi. Namun demikian hingga saat ini masih belum ada kejelasan, kendati DED terhadap penataan telah dikeluarkan oleh BWS.
Namun demikian, pihaknya akan terus berkordinasi hingga penanganan dapat segera dilaksanakan. “Kita sudah mohonkan bantuan ke pusat untuk perbaikannya,” jelas Trisuci Arnawati. Sesuai kewenangan penanganan tebing longsor tersebut berada di Balai Wilayah Sungai Penida Bali. Untuk penanganan tebing tersebut sesuai perencanaan diperkirakan menelan anggaran m antara Rp 4,3 hingga Rp 4,5 miliar.
Sementara itu, Kadisdikpora Kota Denpasar Drs. Wayan Gunawan mengatakan akibat longsornya tebing di lingkungan SDN 6 Ubung Denpasar Utara, tiga ruang belajar terpaksa dikosongkan karena dianggap rawan. Siswa yang selama ini menggunakan ruang tersebut dipindah ke ruang belajar di bagian timur yang dianggap lebih aman. “Kita fokus pada keamanan belajar anak sehingga mereka dipindah,” jelasnya.
Ditambahkan Gunawan di sekolah yang telah berdiri sekitar tahun 70-an itu kini memiliki 270-an siswa. Selain tiga ruang belajar yang dikosongkan, bangunan toilet juga tidak difungsikan karena dianggap rawan. Kendati demikian, pihaknya memastikan bahwa tidak ada gangguan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Hal ini lantaran siswa di tiga ruangan yang dikosongkan tersebut melaksanakan proses belajar mengajar di gedung timur yang relatif lebih aman.
“Tidak ada gangguan proses belajar dan mengajar, serta kami sudah berkordinasi dengan kepala sekolah agar akses menuju tebing ditutup untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” pepernya. (red)