Categories Buleleng Pariwisata

Sentuhan Media Digital Dongkrak Promosi Pariwisata Desa Patas

Buleleng (Penabali.com) – Kabupaten Buleleng memiliki banyak potensi wisata baik alam, budaya, agro dan kuliner, salah satunya desa yang berada bagian barat Buleleng, Desa Patas.

Potensi budaya dan alam Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, sangat beragam, namun belum cukup diketahui khayalak. Terkait hal itu, Perbekel Desa Patas, Kadek Sara Adnyana, menyambut baik dukungan Universitas Indonesia (UI) mempromosikan pariwisata desa dalam bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diketuai dr. Agi Ginanjar.

Bertempat di Kantor Desa Patas, Jumat (2/11/2022), Perbekel Sara Adnyana mengatakan, pihaknya mengapresiasi UI karena telah memilih Desa Patas sebagai lokasi pengabdian masyarakat dalam bentuk mempromosikan potensi wisata budaya dan alam yang sangat unik di Desa Patas melalui media digital.

”Kami berterimakasih kepada Tim UI atas bantuannya, karena kita ketahui bersama keunikan budaya dan alam Desa Patas akan mampu mendatangkan wisatawan luar dan dalam negeri jika promosi yang dilakukan dapat dilakukan secara massif dan terstruktur dengan sentuhan digitalisasi,” ujarnya.

Sara Adnyana membeberkan, keunikan budaya Desa Patas seperti Gebug Ende, Tarian Dewa Ayu dan Tradisi Safaran yang sudah ada sejak dahulu dan geografis desa yang nyegara gunung, menyuguhkan wisata alam yang mempesona baik alam pegunungan maupun baharinya.

“Pengembangan potensi desa yang kami miliki dapat dilakukan secara bertahap. Di masing-masing banjar kami telah memiliki Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mempromosikan budaya di Desa Patas,” jelasnya.

Sementara itu di tempat yang sama, Ketua Tim Pengabdian UI, dr. Agi Ginanjar, yang juga selaku Dosen Arkeologi UI menyampaikan melihat potensi wisata yang dimiliki Desa Patas cukup besar, namun belum banyak dikenal publik.

”Kita desak dan dorong agar promosi wisata di Desa Patas dioptimalkan dengan media digital. Kita prediksi pada tahun 2045 potensi budaya akan mendominasi perekonomian Indonesia dengan menggunakan digitalisasi sebagai media promosi,” ungkapnya.

dr. Agi menambahkan, pilihannya ke Desa Patas melakukan pengabdian, karena kebudayaan seperti tradisi Gebug Ende atau dikenal Seka Ende adalah ritual bermain perang-perangan untuk memohon hujan dengan menggunakan bambu rotan. Selain itu, Desa Patas dikenal dengan tradisi Kampung Toge dimana agama Hindu dan Islam telah hidup berdampingan sejak 1980-an.

“Potensi-potensi ini kita kemas dengan menarasikan dan memetakannya dikombinasikan dengan sentuhan media digital seiring dengan trend dan arah pembangunan saat ini. Selain itu pemberdayaan masyarakat disini penting kami dorong untuk memperkenalkan pariwisata desanya sehingga banyak wisatawan yang datang tentunya akan meningkatkan perekonomian desa,” pungkasnya. (rls)