SMA Pradita Dirgantara mengadakan Seminar and Sharing Session with Expert bertajuk “Exploring Medical Education and its Research”, Rabu (04/11/2020).
Acara yang digelar melalui aplikasi Zoom ini menghadirkan pembicara dr. Erfen Gustiawan Suwangto yang berprofesi sebagai dokter, pengacara, dosen, pengusaha dan juga konsultan kesehatan. Tujuan acara ini adalah untuk memperkenalkan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran serta penelitian di bidang kedokteran sehingga dapat menginspirasi siswa-siswi SMA Pradita Dirgantara mendapat ilmu dan para ahli.
Sebelum menjelaskan mengenai profesi dokter, dr. Erfen mengatakan bahwa berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata mayoritas penduduknya sehari-harinya mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan yaitu etika, kejujuran dan integritas, bertanggungjawab, hormat pada aturan dan hukum masyarakat, hormat pada hak orang/warga lain, cinta pada pekerjaan, berusaha keras untuk menabung dan investasi, serta mau bekerja keras.
Dalam pemaparannya, dr. Erfen membahas tentang profesi dokter seperti apa dan mengatakan bahwa menjadi seorang dokter jangan hanya melihat dari profesinya yang dinilai hebat, tapi butuh etika-etika untuk mensiasati kehidupannya.
“Dokter harus punya mental kuat, harus punya tanggung jawab, harus punya niat tetentu karena profesi apapun bisa berguna. Sekalipun menjadi dokter yang dianggap profesi prestige di masyarakat, harus punya kemampuan lain,” ungkapnya.
dr. Erfen mengemukakan data bahwa pada pertengahan tahun 2015 dokter yang terdaftar di Konsil Kedokteran Indonesia berjumlah lebih dari 130.000 dengan jumlah dokter spesialisasi lebih dari 35.000. Untuk dokter yang ingin berkarier menjadi dokter spesialis, terdapat pendidikan yang terstruktur.
Mengutip teori dari George Miller yang mengatakan bahwa terdapat 4 tingkatan kemampuan mahasiswa kedokteran yang mengikuti pendidikan dokter. Tingkatan tersebut yaitu pemula, yang mampu memahami ilmu kedokteran, lalu meningkat menjadi mampu memahami ilmu keterampilan medik, mampu melakukan dan mendemonstrasikan kemampuannya mengelola pasien lalu menjadi ahli dengan mampu mengelola pasien secara mandiri, rutin dan tuntas di tempat praktik sesuai spesialisasinya. Dalam tahap Pendidikan Dokter Spesialis, dr. Erfen mengatakan bahwa terdapat 3 tahap yaitu tahap pengayaan, tahap magang dan tahap praktik.
Setelah menempuh sarjana kedokteran, dr. Erfen menempuh pendidikan di bidang hukum. Ia menjadi dokter yang tidak sekedar mentreatment pasien tapi juga mengembangkan teknologi. Beliau mengembangkan aplikasi pelayanan kesehatan masyarakat dan juga mengaplikasikan teknologi dalam pelayanan itu.
Ia menyarankan untuk tidak hanya menguasai satu bidang profesi, namun juga profesi-profesi atau keahlian lain agar dapat berkembang.
“Tidak harus menjadi dokter, tapi diharapkan juga menjadi insinyur-insinyur yang mengembangkan alat-alat medik. Jangan dikira yang mengembangkan alat-alat medik itu dokter. Alat-alat medik dikembangkan oleh insinyur,” kata dr. Erfen.
SMA Pradita Dirgantara menerapkan Global Competencies sebagai bagian dari kelulusan dari SMA Pradita Dirgantara. Dalam pelaksanaan Global Competencies terdapat 5 media/kegiatan yang digunakan yaitu Critical Essay, Project Based Services, Stadium Generale, English Course dan Cross Cultural Understanding.
Dari global competencies, siswa diharapkan memiliki 9 skills yaitu curiosity, imagination, inquirers, critical thinking, communicative, accessing and analyzing information, agility & adaptability, collaboration & leading by influence, complex problem solving, creative & productive.
Apa yang disampaikan dr.Erfen sejalan dengan apa yang sudah dicita-citakan SMA Pradita Dirgantara melalui 9 skill di global competencies, salah satunya diterapkan melalui project base service dan critical essay. Setelah kegiatan ini siswa SMA Pradita Dirgantara diminta untuk membuat resume dari materi yang disampaikan dan membuat atau menyusun ide penelitian. Siswa diminta untuk membuat critical essay agar memiliki kemampuan berpikir yang lebih terstruktur (Deskriptif, Diagnostik, Prediktif, Preskriptif).
Setelah critical essay terdapat kegiatan project base service untuk menumbuhkan dan meningkatkan kekuatan komunikasi, mengakses dan menganalisis informasi, pemecahan masalah kompleks, kreatif & produktif (inisiatif & kewirausahaan) dari siswa SMA Pradita Dirgantara.
“Ketika critical essay dan project base service dikembangkan lebih lanjut, siswa akan diminta untuk membuat karya tulis ilmiah, dan hal itu akan linier dengan apa yang kita pelajari hari ini. Kita akan mencoba membuat ide,” terang Zeni Rofiqoh, S.Pd., M.Sc., selaku guru matematika SMA Pradita Dirgantara yang juga sebagai moderator dalam acara webinar tersebut. (Zeni/Humas/SMA Pradita Dirgantara)