SMASHED Project memulai 3 hari program kreatif-edukatifnya di SMPN 3 Denpasar, Selasa (20/8/2019). Program ini membantu para siswa usia 12-15 tahun membangun ketrampilan hidup atau life skills dalam menghadapi persoalan remaja seperti perundungan (bullying), penyebaran berita palsu, dan bahaya minum minuman beralkohol dibawah umur.
SMASHED Project yang digelar lembaga pendidikan Collingwood dari Inggris yang bekerjasama dengan Dapoer Dongeng Noesantara, telah memulai program ini di Bali sejak 5 Agustus hingga awal September 2019 mendatang, dan akan menjangkau lebih dari 6.000 siswa di beberapa sekolah menengah pertama di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan.
SMASHED Project berangkat dari latar belakang permasalahan remaja yang menghadapi beragam tantangan dan tuntutan untuk memiliki tanggung jawab yang semakin serius terkait dengan sikap dan pilihan hidupnya.
“Maka dari itu SMASHED Project hadir untuk memberikan sejumlah life skills praktis untuk menyelesaikan berbagai kebingungan, kecemasan dan konflik yang dihadapi agar remaja bisa terus tumbuh menjadi dewasa yang sehat lahir dan bathin,” jelas Produser-Kurator Program dari SMASHED Project, Yudhi Soerjoatmodjo, disela kegiatan.
SMASHED Project digelar bekerjasama dengan pihak sekolah dan diharapkan dapat melengkapi pendidikan budi pekerti yang diberikan sekolah. Pelaksanaan SMASHED Project di Bali adalah upaya melanjutkan keberhasilan pelaksanaan program yang berlangsung pada tahun 2017-2018. Program ini menunjukkan perubahan positif pada 5.860 siswa kelas 7 dan kelas 8 di 20 SMP Negeri, Swasta dan Madrasah di Jabodetabek. Berdasarkan hasil survey pra dan paska kegiatan terhadap siswa, terjadi perubahan pengetahuan dan sikap yang signifikan antara lain, 66% siswa semakin memahami tentang bahaya perundungan (naik 26% dibanding sebelum mengikuti pelatihan), 77% menjadi lebih tahu ke mana mereka harus bertanya bila menghadapi persoalan termasuk ke guru BP (naik 28%), pengetahuan siswa terkait usia legal minum alkohol diatas 21 tahun berdasarkan peraturan pemerintah naik sebesar 50%.
Dalam penyampaian pesannya, SMASHED project menggunakan metode yang interaktif dan menyenangkan melalui pertunjukan teater serta kegiatan dialog dan workshop membuat poster. Pertunjukan teater diperankan oleh tiga aktor yang kerap tampil bersama Teater Koma dan Teater Bulungan.
Menurut Yudhi, pertunjukkan teater digunakan untuk memberikan pengalaman belajar melalui cerita yang kuat dan menggerakkan emosi. Para siswa akan dibawa ke narasi cerita yang akan menantang mereka untuk memikirkan ulang keputusan-keputusan yang dibuat para karakter tersebut termasuk konsekuensinya.
Selain itu, aktivitas workshop juga menjadi bagian penting dari pengalaman belajar. Setelah menonton pertunjukkan teater, workshop memberikan transisi dari pola pembelajaran didaktik menjadi pelibatan yang lebih interaktif. Dipandu tim pakar perkembangan anak atau fasilitator dari Program Studi Psikolog Universitas Udayana, para siswa yang mengikuti program dapat mengidentifikasi capaian pembelajaran yang relevan bagi diri masing-masing, yaitu keterampilan dan informasi yang diperlukan agar dapat membuat pilihan bijak dan mencapai tujuan.
Untuk pertama kalinya, SMASHED Project berlangsung di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. Yudhi menyatakan pilihan untuk memulai pelaksanaan SMASHED Project di dua daerah ini berdasarkan pada pertimbangan perkembangan pariwisata di Bali yang memungkinkan remaja terpapar dan mengadaptasi budaya yang dibawa turis domestik maupun mancanegara. Proses adaptasi budaya ini perlu mendapatkan perhatian dan pendampingan yang layak.
“Collingwood dan Dapoer Dongeng Noesantara sangat bersemangat membantu dan mendampingi remaja di Bali untuk menghadapi tantangan dan tanggung jawab sebagai wujud proses pendewasaan. Diharapkan pelaksanaan SMASHED Project di Bali dapat menduplikasi keberhasilan yang telah dicapai pada pelaksanaan sebelumnya di sekolah-sekolah menengah pertama di Jakarta dan sekitarnya dan memberikan manfaat yang sama. Let’s get smart, don’t get smashed!,” pungkasnya. (red)