Adanya dualisme SOKSI ditanggapi langsung Ketua Umum Depinas SOKSI, Ahmadi Noor Supit.
Saat ditemui usai melantik pengurus Depincab SOKSI Kabupaten Buleleng, di Desa Pekraman Banjar, Minggu (23/08/2020), Supit mengatakan ada yang salah menterjemahkan SOKSI. Ia menerangkan bahwa SOKSI “KW” itu bukanlah SOKSI ormas pendiri Partai Golkar. Namun dia adalah perkumpulan SOKSI.
“Saya sudah berkomunikasi dengan Kemenkumham dan Kemendagri. Jadi siapa saja boleh mengajukan diri membuat suatu perkumpulan dan itu tidak dilarang pemerintah selama prosedurnya lengkap. Cuma masalahnya adalah dia menggunakan atribut yang sama dengan SOKSI pendiri Partai Golkar,” jelas Supit.
Oleh Menteri Hukum dan HAM, Supit mengatakan sudah dipersilahkan untuk menggugat ke pengadilan karena dia memakai atribut yang sudah dimiliki SOKSI pendiri Partai Golkar.
“Saat ini sengketanya masih berlangsung di PTUN Jakarta Selatan,” ungkapnya.
Supit juga menegaskan, saat Munas SOKSI beberapa waktu lalu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam pidatonya menyampaikan bahwa SOKSI yang inilah SOKSI yang benar.
Bahkan, kehadiran Ketum Golkar di acara penyerahan bantuan program penguatan ekonomi masyarakat di Nusa Dua pada hari Sabtu 22 Agustus 2020, menurut Supit, juga bukti pengakuan dan penguatan SOKSI saat ini.
“Tinggal nanti jika kepengurusan ini sudah terbentuk secara sah, sudah di-SK-kan Kemenkumham baru kita meminta secara administrasi pengumuman DPP Golkar ke seluruh Indonesia bahwa SOKSI ini hanya SOKSI yang mendirikan Partai Golkar adalah Depinas SOKSI yang sekarang,” kata Supit.
Ditempat yang sama, Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali, Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Gus Adhi) mengatakan, SOKSI tidak berburu di kebun binatang. Artinya, SOKSI harus menjadi organisasi pencetak kader karya kekaryaan yang tidak diambil dari kader yang berafilisasi ke Partai Golkar.
“Bukan berarti kita meninggalkan kader SOKSI yang lama, tidak. Kader lama tetap kita rangkul untuk bersama-sama memberikan pengkaderan kepada adik-adiknya yang baru. Sebagian besar harus orang yang baru sehingga ia akan belajar berorganisasi, ia belajar berbuat bekerja pada masyarakat dan juga dia mengerti apa itu SOKSI apa itu Golkar. Jadi janganlah lagi ada SOKSI kw-kw-an,” sebutnya.
Disisi lain, Ahmadi Noor Supit mengakui SOKSI Bali dibawah kepemimpinan Adhi Mahendra Putra telah mampu melaksanakan konsolidasi organisasi hingga ke tingkat paling bawah. Bahkan Supit menyebut, SOKSI Bali tidak hanya sukses membentuk pengurus, tetapi juga membuat program-program nyata, salah satunya memberikan bantuan penguatan ekonomi kepada kelompok tani dan kelompok wanita tani.
“SOKSI Bali ini luar biasa, bisa menjadi percontohan model buat SOKSI di seluruh Indonesia,” terang Supit. (red)