Bangli (Penabali.com) – Menjelang berakhirnya tahun 2021 Civitas Akademika Fisip Unud melaksanakan perjalanan bhakti sosial (ngayah) dan tirtayatra ke Pura Ulun Danu dan Pasar Agung Kintamani, Kabupaten Bangli. Kegiatan tirta yatra dan ngayah dilaksanakan, Kamis (30/12/2021).
Sebelum melakukan tirta yatra, terlebih dahulu diadakan persembahyangan bersama di Pura Padmasana Unud Denpasar untuk memohon kelancaran dan keselamatan sampai di tempat tujuan.
Tujuan tirtayatra pertama adalah Pura Ulundanu, Batur, Kintamani. Sebelum melaksanakan persembahyangan, didahului ngayah bersih-bersih di sekitar lingkungan Pura Ulundanu Batur.
Sejarah Pura Ulun Danu Batur
Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali didirikan pada abad ke-17. Pura ini didedikasikan untuk Dewa Wisnu dan Dewi Danu (danau). Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali, dianggap paling penting di pulau Bali karena sebagai sumber air utama untuk kegiatan pertanian di Bali.
Definisi Pura Ulun Danu menggambarkan pentingnya air bagi kemakmuran penduduk Desa Batur dan bagi seluruh umat Hindu di Bali, terutama dalam mengairi sawah.
Pura Ulun Danu Batur disebutkan beberapa kali dalam beberapa lontar kuno sebagai salah satu dari sad kahyangan.
Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur dan desa aslinya (saat itu dikenal sebagai Karang Anyar, yang berarti “Wilayah Baru”) terletak di barat daya lereng Gunung Batur. Aliran lahar letusan 1917 menyebabkan jatuhnya ribuan korban. Meskipun hancur, aliran lava hitam berhenti di gerbang Pura Ulun Danu Batur. Karena lava berhenti sebelum mencapai candi, masyarakat melihat ini sebagai pertanda baik dan memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut.
Pada 21 April 1926, Gunung Batur meletus lagi, kali ini menghancurkan seluruh Desa Karang Anyar. Lava juga melaju ke arah pura, menutupi hampir seluruh kompleks. Terlepas dari kehancuran desa dan juga hilangnya 1.500 penduduk desa, meru tingkat 11 pura ini bertahan. Dengan daerah di sekitar Gunung Batur dinyatakan tidak dapat dihuni selama periode erupsi, penduduk Desa Kalang Anyar harus pindah. Proses relokasi dibantu oleh penduduk desa dari daerah sekitarnya, seperti Desa Bayung, Tunggiran, Kedisan, Buanan, Sekardadi.
Pemerintah Hindia Belanda mengirim pasukan regional Bangli dan beberapa tahanan untuk membantu relokasi. Kuil 11 tingkat yang selamat diangkut ke lokasi baru, serta perlengkapan penting lainnya dari pura.
Usai dari Batur, Kintamani, Fisip Unud melanjutkan perjalanan Pura Pasar Agung Kintamani yang terletak tidak jauh dari Pura Ulun Danu Batur. Walaupun hujan, tidak mengendorkan niat mereka untuk melakukan persembahyangan di pura tersebut. (rls)
Sumber: http://www.unud.ac.id