STMIK Primakara Jadi Tuan Rumah Kompetisi GoStartup Indonesia, Konsen Bangun Ekosistem Bisnis Startup

STMIK Primakara Technopreneurship Campus ditunjuk sebagai tuan rumah dalam sebuah event nasional yang bertajuk, “Gostartup Indonesia Accelerating Startup Ecosystem”, atau sebuah kompetisi GoStartup Indonesia yang diikuti startup-startup dari seluruh Bali.

Kegiatan ini diselenggarakan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui Direktorat Akses Non Perbankan Deputi Akses Permodalan, diadakan pada hari Selasa (1/10/2019), di Kampus STMIK Primakara. Event ini merupakan roadshow mentoring dan kompetisi GoStartup Indonesia yang ketiga di Kampus STMIK Primakara.

“Dipercayakannya STMIK Primakara sebagai tuan rumah menunjukkan positioning kampus ini yang konsen menjadi perguruan tinggi unggulan yang melahirkan sumber daya manusia profesional berjiwa technopreneurship,” ujar Ketua STMIK Primakara, I Made Artana, S.Kom., M.M., disela acara.

Kompetisi GoStartup Indonesia bertujuan meningkatkan dan mengembangkan ekosistem startup di Indonesia, sekaligus mensinergikan berbagai pihak yang terlibat dalam ekosistem startup sehingga dapat mempercepat terciptanya ekosistem startup yang kondusif.

“Bagi kami di Primakara, tentu memberi dampak positif kepada mahasiswa untuk mengasah kemampuannya. Lebih luas bagi, dengan event yang berskala nasional ini Primakara membantu menyediakan ruang bagi startup di Bali untuk tumbuh berkembang,” jelas Artana.

Dalam kompetisi GoStartup Indonesia ini, dilakukan beberapa kegiatan seperti kompetisi pitching, mentoring, dan talkshow. Narasumber yang hadir antara lain Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo, Direktur Akses Non Perbankan Bekraf Syaifullah, Kasubdit Permodalan Ventura Bekraf Herwanto Sidik Prabowo, Analyst Sucor Sekuritas Hendriko Gani, CEO Kontrak Hukum Rieke Carolina, Startup Business Development Associate Amazon Web Service Mehr Vaswani, Ketua STMIK Primakara I Made Artana, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro, dan Wakil Ketua Amvesindo II Bidang Legal dan Goverment Business Alliance, Chrish Saragih.

Foto: Ketua STMIK Primakara, I Made Artana.

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dibawah GoStartup Indonesia dalam upaya membangun ekosistem melalui pemberdayaan universitas, inkubator, akselerator, dan co-working space dalam menciptakan ekosistem yang kondusif untuk tumbuh kembang bisnis startup di Indonesia.

Artana mengatakan dengan kegiatan Kompetisi GoStartup Indonesia di Kampus STMIK Primakara, tentu harapannya akan memberikan kebermanfataan bagi para startup di Bali.

STMIK Primakara konsen dalam pengembangan ekosistem startup di Bali. Artana menjelaskan, pertemuan STMIK Primakara dengan Bupati Badung beberapa waktu lalu menginginkan adanya startup yang sejalan dengan visi misi pembangunan yang dijalankan Bupati Badung. Contohnya di bidang smart village, Primakara mencoba mencari dan ada startup SIMADE (sistem administrasi desa).

“Andai pemkab Badung bisa membantu startup-startup ini lewat fasilitasi Primakara maka sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi dan startup akan membantu pengembangan ekosistem startup tumbuh secara kondusif,” kata pria peraih Juara I Penggerak Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 ini.

Artana juga mengungkapkan, untuk menjadi startup, harus melalui proses yang benar. Ia mengatakan tak sedikit startup yang gagal, namun juga banyak startup yang telah sukses dalam pengembangan usahanya. Artana mencontohkan di Amerika tiap tahun tumbuh sekitar 17 ribu startup. Namun 12 ribu diantaranya gagal. Sedangkan 5.000 startup masih bisa tetap eksis.

Ia menjelaskan, ada beberapa penyebab kegagalan startup diantaranya produk yang diciptakan atau dibuat justru tidak dibutuhkan oleh pasar. Proses analisa pasar diperlukan untuk mengetahui apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang benar guna mengetahui cara membuat startup.

“Proses yang benar saja belum menjamin bahwa usahanya akan jalan apalagi yang prosesnya tidak benar,” ketus Artana.

Validasi pasar, kata Artana, juga diperlukan. “Ketika punya ide harus dites dulu idenya apa benar orang butuh itu, jangan langsung buat startup,” pungkasnya.

Faktor penyebab kegagalan lainnya, jelas Artana, adalah memilih orang-orang yang tergabung didalam tim startup itu. Membuat startup tidak bisa sendirian. Karena itu harus dikerjakan berkelompok dalam sebuah tim yang biasanya terdiri dari 3 sampai 4 orang. Orang-orang yang ada di tim ini haruslah berkompeten di bidangnya.

“Tidak bisa satu orang mampu terus yang lain hanya diam saja. Membuat startup itu seperti menyusun lineup dalam sebuah tim sepak bola. Tim yang bagus tentu yang akan memenangkan pertandingan,” ujar Artana. (red)