Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan SURYA (Survei Bicara) yang merupakan kegiatan diseminasi hasil survei Bank Indonsia dengan topik perkembangan sektor properti di Bali, Jumat (03/07/2020), di Denpasar.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali memiliki 3 survei untuk memperoleh informasi terkait perkembangan properti yaitu Survey Harga Properti Residensial (SHPR) Primer, Survey Harga Properti Residensial (SHPR) Sekunder, serta survey Perkembangan Properti Komersial (PPKOM). Survei diselenggarakan secara triwulanan dengan jumlah responden sebanyak 226 responden.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyatakan pangsa lapangan usaha real estate terhadap perekonomian Bali masih rendah yakni 4,1% terhadap PDRB provinsi Bali. Namun perkembangan real estate pada triwulan I – 2020 masih mampu tumbuh positif ditengah kontraksi yang dialami Provinsi Bali. Kondisi ini juga didukung dengan terjaganya inflasi perumahan bahkan cenderung dibawah angka inflasi umum.
“Pada triwulan II – 2020, inflasi terkait dengan sewa rumah, kontrak rumah serta bahan bangunan cenderung melambat,” kata Trisno.
Masih tumbuhnya kinerja lapangan usaha real estate pada triwulan I – 2020 tersebut juga sejalan dengan hasil properti residensial di pasar primer yang masih mengalami peningkatan harga. Volume penjualan juga masih cukup baik yakni masih menunjukkan peningkatan dari penjualan tirwulan IV – 2019. Peningkatan terutama untuk penjualan tipe besar. Adapun metode penjualan mayoritas memanfaatkan fasilitas KPR (sekitar 50%).
Selanjutnya, dampak penyebaran covid-19 terutama dialami oleh pasar properti residensial di pasar sekunder serta perkembangan properti komersial. Perkembangan harga properti residensial pasar sekunder cenderung menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga dalam beberapa waktu terakhir yang diperparah dengan adanya penyebaran covid-19.
Sementara itu, penurunan kinerja properti komersial bersumber dari penurunan demand akan sewa hotel dan apartemen. Perkembangan pasar komersial di Bali mendapatkan tantangan dari belum pulihnya kinerja pariwisata sehingga menekan kinerja hotel. Di level nasional, kinerja properti komersial mendapatkan tantangan dari adanya perubahan budaya masyarakat akibat pandemi covid-19.
“Adanya mekanisme work from home dalam beberapa bulan terakhir membuat para pelaku usaha mulai berpikir untuk mengurangi kebutuhan ruang perkantorannya,” ujar Trisno.
DPP REI Pusat Andy Natanael, menyatakan penurunan harga properti sekunder tersebut dapat dimanfaatkan bagi masyarakat untuk berinvestasi dan membeli properti saat ini. Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh developer ataupun agen real estate untuk memasarkan produk sesuai dengan kebutuhan dan minat pasar. Ditengah pandemi covi-19 ini, masih terdapat developer yang mampu mencatatkan penjualan dengan cukup baik didukung oleh konsep yang tepat. Oleh sebab itu, developer harus mampu menciptakan produk yang tepat sesuai kebutuhan pasar sehingga dapat menarik minat investor ataupun user untuk membeli.
Kedepan, tren properti akan mengarah kepada pengembangan residensial yang homey, spacious, simple, compact, complete, smart home dan affordable,” kata Andy.
Sementara itu, Ketua REI Bali I Gede Suardita menyatakan penjualan properti bersubsidi masih cukup baik. Kondisi ini didukung dengan harga jual properti yang rendah serta masih tingginya backlog akan rumah oleh masyarakat.
Kedepan, REI berharap perbankan dapat meningkatkan penyaluran KPR sehingga mendukung perkembangan properti ke depan,” ungkapnya. (red)