Penabali.com – Drone UT (Ultrasonic Thickness) merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Terra Inspectioneering, salah satu grup perusahaan Terra Drone.
Drone tersebut dapat melakukan inspeksi hingga pengukuran ketebalan ultrasonik (ultrasonic thickness measurement) pada aset perusahaan industri migas seperti flare stack dan tangki. Pengukuran ketebalan tersebut merupakan salah satu metode Non-Destructive Test (NDT) atau metode inspeksi yang tidak merusak.
Flare stack dan tangki sendiri terbuat dari unsur baja yang sangat kuat, seperti bahan baja karbon, baja tahan karat hingga aluminium, dimana semua peralatan tersebut membutuhkan pengukuran ketebalan secara rutin.
Terdapat 3 jenis inspeksi aset yang dapat dilakukan drone UT untuk menghasilkan data yang dibutuhkan oleh perusahaan migas, yaitu inspeksi visual, inspeksi visual & thermal, serta inspeksi pengukuran ketebalan ultrasonik.
Inspeksi visual dapat dilakukan pada aset minyak dan gas seperti menara komunikasi, pipa, jembatan, geladak FSO, menara derek, peralatan pengangkat dan anjungan lainnya. Inspeksi visual tersebut bertujuan untuk menganalisis kerusakan pada benda seperti korosi, retakan, berdasarkan hasil gambar.
Selain itu, terdapat inspeksi visual dan thermal dengan contoh aset di area migas, seperti flare stack dan tabung HRSG dengan tujuan untuk mendapatkan gambar yang mengungkap informasi distribusi panas suatu benda, mengidentifikasi kebocoran, kerusakan benda hingga kerugian energi. Inspeksi visual dan thermal menggunakan drone dapat dilakukan pada aset dalam keadaan beroperasi (online) sehingga potensi hilangnya keuntungan karena shutdown dapat dihindari.
Sedangkan inspeksi pengukuran ultrasonik digunakan untuk mengetahui ketebalan pada tangki, boiler, pipeline, FPSO Tank dan objek lainnya. Inspeksi dengan cara ini dapat mengurangi biaya karena tidak perlu membangun scaffold yang berbiaya tinggi & membutuhkan waktu lama dalam pemasangannya. Dengan begitu, waktu shutdown dapat diminimalisir, sehingga pengelola aset dapat menghindari potensi hilangnya keuntungan karena waktu turnaround aset yang terlalu lama.
“Drone UT dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan para pekerja dengan tidak menempatkan inspektur di tempat tinggi atau ruang terbatas yang berbahaya. Selain itu, inspeksi menggunakan Drone UT menghasilkan informasi berbasis lokasi sehingga dapat dikelola menjadi data historis. Hasil datanya pun sangat jelas, detail dan dapat diakses secara bersamaan sehingga memudahkan kegiatan pelaporan para inspektur,” ulas CEO Terra Drone Indonesia, Michael Wishnu Wardana, Selasa (04/05/2021), di Jakarta.
Di Indonesia, sudah banyak perusahaan migas yang mulai menggunakan drone untuk melakukan inspeksi aset. Salah satunya ialah perusahaan Chevron, yang telah menggunakan drone untuk melakukan inspeksi flare stack secara berkala dalam waktu yang cukup lama.
Inspeksi aset migas harus dilakukan secara berkala demi menjaga kegiatan operasional berjalan baik. Selain mengetahui kondisi aset saat ini, inspeksi memungkinkan inspektur menilai kemungkinan kondisi aset di masa yang akan. Dengan inspeksi secara berkala, perusahaan dapat mempertahankan kondisi aset lebih lama, serta mengurangi kerusakan. Pada kebanyakan kasus, kerusakan aset dapat berakibat fatal. Dengan inspeksi secara berkala, perusahaan migas secara tidak langsung berinvestasi pada aset-aset yang ada. Terlebih untuk sektor besar seperti migas, kondisi aset dapat mencerminkan standar perusahaan.
Teknologi Drone UT ini telah digunakan oleh beberapa perusahaan migas dunia seperti, Vopak dan Royal Dutch Shell. Melalui Terra Drone Indonesia, saat ini teknologi Drone UT sudah tersedia di Indonesia untuk digunakan perusahaan Migas di Indonesia. Terra Drone Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan solusi dan memperkenalkan teknologi canggih dari seluruh dunia. (red)