BATAN telah melakukan kerja sama dengan pihak terkait seperti Arkenas, Balai Arkeologi Daerah, dan perguruan tinggi melakukan kegiatan penelitian, training, dan workshop pemanfaatan nuklir untuk pelestarian cagar budaya di Indonesia termasuk Bali.
Kepala Balai Arkeologi Bali I Gusti Made Suarbhawa dalam keterangan persnya usai pertemuan internasional yang bertajuk “Harnessing Nuclear Science and Technology for the Preservation and Conservation of Cultural Heritage”, di Hotel Harper, Legian, Kuta, Badung, Senin (10/02/2020), menyambut positif kerjasama ini. Menurutnya, upaya pelestarian dan perlindungan benda-benda purbakala harus dilakukan karena tak hanya mengandung nilai sejarah, tetapi juga sebagai bahan penelitian untuk kepentingan pendidikan.
Disamping itu, kelestarian benda-benda purbakala termasuk yang terdapat pada situs-situs cagar budaya dapat diketahui oleh generasi penerusnya bahwa benda purbakala memiliki nilai sejarah yang tinggi.
“Kami pada hari Rabu 12 Februari nanti akan ke Candi Mengening di DAS Tukad Pakerisan, Gianyar, untuk mengobservasi dulu khususnya untuk mengukur usia dari salah satu cagar budaya kebanggaan Bali,” ucap Suarbhawa.
Ia menambahkan, dengan kerjasama ini maka upaya preservasi dan konservasi cagar budaya akan lebih berjalan terpola dan sistematis.
“Kami berharap dengan kerjasama ini akan menjadi sesuatu hal yang sangat membantu dalam rangka pelestarian dan konservasi tinggalan-tinggalan arkeologi khususnya di Bali,” sebutnya.
Sementara itu Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Totti Tjiptosumirat berharap adanya peningkatan awareness dan implementasi metode yang digunakan dalam pelestarian cagar budaya dari negara peserta kegiatan di kawasan regional Asia Pasifk.
“Selain itu, masyarakat bisa lebih mengenal bahwa teknologi nuklir sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari,” imbuh Totti. (red)