Terima Bintang Jasa dari Kaisar Jepang, Prof. Bandem: “Saya bertekad tingkatkan lagi persahabatan Bali-Jepang”

Dinilai mampu menjaga dan meningkatkan hubungan Jepang dan Indonesia khususnya Bali, Kaisar Jepang Naruhito, menganugrahkan penghargaan berupa Bintang Jasa “The Order of The Rising Sun Gold Rays with Neck Ribbon” untuk Musim Gugur Tahun 2019, kepada Prof. DR. I Made Bandem, MA., di kantor Konsulat Jenderal Jepang, Renon, Denpasar, akhir Januari lalu. Ini merupakan penghargaan kedua dari Jepang yang diterima Prof. Bandem. Sebelumnya, Prof. Bandem menerima penghargaan dari Menteri Luar Negeri Jepang, yang juga diserahkan Konjen Hirohisa Chiba pada 8 September 2017.

“Prof. Bandem sangat berjasa bersumbangsih luar biasa untuk meningkatkan hubungan Indonesia dan Jepang khususnya Bali. Memang di bidang seni dan budaya beliau seorang pakar terkemuka dan beliau berjasa besar meningkatkan kerjasama saling pengertian diantara dua negara khususnya di bidang seni budaya,” ujar Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang di Bali, Hirohisa CHIBA pada acara syukuran anugrah Bintang Jasa dari Kaisar Jepang untuk Prof. DR. I Made Bandem, MA., di Denpasar, Rabu (05/02/2020).

Prof. Bandem adalah seorang seniman akademisi kelahiran Singapadu, Gianyar, 22 Juni 1945. Beliau dikenal sebagai salah seorang tokoh Diplomasi Kebudayaan Indonesia. Sejak belajar di University of Hawaii tahun 1968, I Made Bandem telah mempelajari kesenian Jepang. Disana, Rektor ISI Jogjakarta periode 1997-2006 itu mulai mempelajari tari rakyat khas Jepang, Bon Odori. Bersama dengan mahasiswa dan masyarakat Jepang yang berada di University of Hawaii, Bandem menari Bon Odori diiringi dengan Daiko.

Seiring berjalannya waktu, Prof. Bandem terus mempelajari kesenian dan kebudayaan Jepang, selain juga ia mengajar tari dan gamelan Bali.

“Beliau banyak menerima mahasiswa dari Jepang yang ingin belajar seni budaya Indonesia, jadi kami sangat berterima kasih kepada Prof. Bandem atas sumbangsih luar biasa, dan kali ini Pemerintah Jepang memutuskan membalas budi dengan menyerahkan bintang jasa dari Kaisar Jepang,” ungkap Hirohisa CHIBA kepada awak media.

Hubungan antara kesenian Bali dan Jepang makin bertambah erat sejak Prof. Bandem bertemu Prof. Dr. Tsutomu Oohashi (Pro. Yamashiro), seorang scientist Jepang yang memilik grup kesenian Bali terbesar di Jepang. Sejak tahun 1984 Prof. Bandem membentuk sebuah yayasan bersama Gubernur Bali Ida Bagus Oka dan Ibu Sari Sudo yang dinamakan Yayasan Cipta Budaya Bali, yang tugasnya merancang pertukaran budaya antara Bali dan Jepang.

Dengan cerita pendek jejak akademis kesenian Prof. Bandem tersebut, maka wajar jika pemimpin ASTI/STSI Denpasar periode 1982-19997 itu dianugrahkan bintang jasa oleh Kaisar Jepang. Ia mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia Sri Baginda Kaisar Jepang (Kaisar Naruhito) yang telah menganugrahkan Bintang Jasa kepadanya sebagai long life achievment untuk bekerja keras lagi meningkatkan hubungan kebudayaan dan pendidikan antara Indonesia khususnya Bali dan Jepang di masa mendatang.

“Saya merasa sangat bahagia karena sudah dianugrahkan Bintang Jasa dari Yang Mulia Sri Baginda Kaisar Jepang. Ini makin memicu saya untuk bertekad bekerja lebih keras lagi menjaga dan meningkatkan hubungan antara Indonesia Bali dan Jepang lewat pendidikan seni budaya dan akademis,” ucap Prof. Bandem, seorang seniman dan budayawan yang pernah mendapat julukan ‘The Joe Papp of Bali’ oleh The New York Times.

Prof. Bandem memang dikenal memiliki pengalaman dan prestasi yang luar biasa dalam 4 bidang. Yaitu Etnomusikologi, Pendidikan, Manajemen Seni dan Diplomasi Kebudayaan, serta Politik.

Saat peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang – Indonesia yang dilaksanakan di Bali tahun 2018, Prof. Bandem dan ITB STIKOM Bali mendukung penuh dengan menampilkan berbagai kesenian Bali dan bekerjasama dengan Konsulat Jepang menyelenggarakan symposium bertajuk ”Jepang dan Indonesia – 60 Tahun Hubungan Kemitraan dan Prospek untuk Masa Depan”.

Saat itu, Prof. Bandem menyajikan makalah berjudul “Peran Seni dan Budaya Sebagai Media Diplomasi dan Komunikasi Antar Indonesia dan Jepang”. Prof. Bandem meyakini, pertukaran seni budaya memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan hubungan persahabatan Jepang dan Indonesia, khususnya Bali.

Sebagai salah seorang pendiri Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM dan Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti, Prof. Made Bandem bersama Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan dan Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti, memprakarsai berdirinya Pusat Studi Jepang dan Unit Kegiatan Mahasiswa JCOS (Japanesse Community of STIKOM Bali) yang aktif mempelajari budaya dan teknologi Jepang, serta mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Darma untuk menyertakan generasi muda Indonesia mengikuti magang di Jepang.

Saat ini, ada 113 orang dimana 90 persen merupakan anak muda Bali yang sedang mengikuti magang selama 3 tahun di berbagai perusahaan di Jepang dan sekitar 80-an orang diantaranya sedang mengikuti kursus bahasa Jepang sebagai persiapan magang ke Jepang. (red)